Pendahuluan
Istilah
neoplasia skuamosa permukaan okuler atau ocular
surface squamous neoplasia (OSSN) adalah merujuk kepada dysplasia,
karsinoma in situ dan juga karsinoma sel skuamosa pada permukaan epithelium
okuler, konjungtiva dan kornea.
Karsinoma
sel skuamosa merupakan keganasan konjungtiva yang paling sering di Amerika
Serikat. Konjungtiva dan permukaan
okuler sering terdedah kepada cahaya matahari adalah merupakan salah satu
faktor predisposisi bagi perkembangan karsinoma pada permukaan epithelium okuler.
Walaupun karsinoma sel skuamosa paling sering terjadi pada kaukasia, namun
populasi yang tinggal berdekatan dengan ekuator sering terkena pada mereka yang
lebih muda berbanding yang tinggal berjauhan dari ekuator. Faktor predisposisi lain yang bisa
menyebabkan terjadinya OSSN termasuk, terdedahnya pada cahaya matahari, kulit
yang lebih cerah, iris yang lebih pucat, pigmentosa xeroderma, human papilloma virus dan HIV. Antara
penyebab lain yang mungkin bisa adalah inflamasi kronis, penggunaan lensa kontak
dalam jangka waktu yang lama, merokok, penggunaan obat dari derivasi petroleum
seperti Trifluridin dan Siklosporin A. pasien dengan HIV bisa mendapat penyakit
ini pada usia yang lebih muda dan bisa mendapatkan varian OSSN yang lebih
agresif.
OSSN
secara umumnya keliatan pada fissure interpalpebra terutama pada bagian limbus
dan jarang keliatan pada tempat lain seperti konjungtiva palpebra.
Epidemiologi
OSSN
umumnya terjadi pada negara-negara yang berdekatan dengan ekuator dan
negara-negara yang mendapat pajanan cahaya matahari yang sering.
1.
Pajanan
cahaya matahari
Terdedahnya pada sinar radiasi ultraviolet telah
dibuktikan pada pelbagai studi sebagai salah satu faktor etiologi yang utama.
2. Human
papilloma virus (HPV)
Dalam beberapa tahun belakangan ini, HPV terutama
tipe 16 telah ditemukan pada jaringan OSSN. Walaubagaimanapun, HPV juga telah
dideteksi pada mata yang tidak sakit dengan konjungtiva yang sehat menyebabkan
adanya asumsi bahawa penyebabnya adalah bukan HPV.
3.
Sindroma
Imunodefisiensi didapat (AIDS)
Insiden OSSN meningkat dengan signifikan sejak
erupsi dari AIDS secara epidemik terutama di negara-negara sub-sahara di
Afrika. OSSN cenderung terjadi pada
mereka yang lebih muda dan cenderung
menjadi lebih aggresif.
Faktor risiko
1. Berkulit
cerah
2. Cenderung
untuk sunburn
3. Pekerjaan
di luar
4. Tinggal
berdekatan dengan ekuator
5. Mempunyai
riwayat lesi kulit aktinik
6. Pigmentosum
xeroderma
7. Imunosupresi
8. Lelaki
9. Usia
- Rata-rata pada usia 56 tahun dan keatas
Gambaran Klinis
Selain dari adanya lesi pada permukaan okuler,
terdapat gejala lain seperti mata merah dan terdapatnya iritasi. Secara klinis
agak sukar untuk membedakan antara dysplasia epitel konjungtiva, karsinoma in
situ dan karsinoma sel skuamosa. Lesi-lesi ini sering muncul diantara fissure
interpalpebral, sering pada limbus walaupun ia juga bisa ditemukan pada bagian
lain dari konjungtiva dan kornea. OSSN bisa keliatan seperti agar-agar (gelatinous) dengan pembuluh darah
superficial atau dengan bentuk seperti papil atau leukoplakia dengan plak
keratin yang menutupinya. Ia juga bisa mempunya gambaran seperti lesi nodular
terutama apabila ia merupakan karsinoma sel skuamosa tipe invasive atau lesi
difus yang menyamar sebagai konjungtivitis kronis.
Gambaran Histopatologi
Hanya evaluasi secara histopatologi dari lesi yang
dieksisi atau insisi yang bisa membezakan antara lesi-lesi didalam spekturm
OSSN.
Lesi
displastik mempamerkan atipia seluler yang ringan, sedang, atau berat yang bisa
melibatkan pelbagai ketebalan epithelium bermula dari lapisan basal menuju
keluar. Selalunya lapisan yang paling superfisial yang tidak terkena. Perubahan
displastik yang berat adalah sama dengan karsinoma in situ.
Karsinoma in situ bisa mempamerkan semua ciri bagi
karsinoma sel skuamosa, tetapi masih
tetap terbatas pada epithelium.
Karsinoma sel skuamosa menunjukkan cirri yang sama
seperti karsinoma in situ, tetapi membrana basalis dari epithelium telah
ditembusi dan jaringan subepitelial dari konjungtiva telah diinvasi. Kebanyakan
karsinoma sel skuamosa pada konjungtiva mudah dibedakan dan sering menunjukkan
permukaan dengan keratinisasi.
Varain histopatologi dari tipe yang aggresif adalah
karsinoma sel skuamosa tipe spindle, karsinoma
mukoepidermoid dan karsinoma sel skuamosa adenoid.
Diagnosis
1. Anamnesis
-
Pasien merasakan
seperti adanya masa pada konjungtiva
-
Iritasi dan mata merah
bisa berminggu-minggu atau tahun tetapi sering dalam bulanan
-
Visual hanya akan
terganggu pada fase akhir dimana aksis visual juga sudah terganggu
2. Pemeriksaan
fisis
-
Ditemukan lesi seperti
agar-agar (gelatinous) dengan pembuluh darah superficial, dengan atau bentuk
seperti papil, atau leukoplakia dengan plak keratin menutupi lesi.
-
Bisa memiliki bentuk
nodular sekiranya merupakan karsinoma
sel skuamosa tipe invasive atau bisa juga timbul sebagai lesi yang difus dan
menyamar sebagai konjungtivitis kronis.
-
Evaluasi dengan
menggunakan pewarnaan Rose Bengal
atau Sodium dye bisa membantu melihat
karakteristik dari permukaan lesi dan melihat sejauh mana ekstensinya.
-
Sekiranya sudah
bermetastase, bisa ditemukan pembesaran KGB pada periaurikuler, servikal dan
submandibula.
3. Pemeriksaan
penunjang
a. Untuk
mengetahui kedalaman ekstensi tumor, sudut invasi dan invsai intraokuler
-
Pemeriksaan slit lamp
-
Gonioskopi
-
Biomikroskopi
ultrasound
-
Optical
Coherence Tomography
b. Untuk
mendeteksi penglibatan intraokuler, orbital, periorbital dan intracranial
-
Ultrasound
-
CT scans
-
MRI
c. Untuk
menegakkan diagnostik pasti
-
Dilakukan dengan
pemeriksaan sitologi
Selain dari adanya lesi pada permukaan okuler,
terdapat gejala lain seperti mata merah dan terdapatnya iritasi. Secara klinis
agak sukar untuk membedakan antara dysplasia epitel konjungtiva, karsinoma in
situ dan karsinoma sel skuamosa. Lesi-lesi ini sering muncul diantara fissure
interpalpebral, sering pada limbus walaupun ia juga bisa ditemukan pada bagian
lain dari konjungtiva dan kornea. OSSN bisa keliatan seperti agar-agar (gelatinous) dengan pembuluh darah
superficial atau dengan bentuk seperti papil atau leukoplakia dengan plak
keratin yang menutupinya. Ia juga bisa mempunya gambaran seperti lesi nodular
terutama apabila ia merupakan karsinoma sel skuamosa tipe invasive atau lesi
difus yang menyamar sebagai konjungtivitis kronis.
Gambaran Histopatologi
Hanya evaluasi secara histopatologi dari lesi yang
dieksisi atau insisi yang bisa membezakan antara lesi-lesi didalam spekturm
OSSN.
Lesi
displastik mempamerkan atipia seluler yang ringan, sedang, atau berat yang bisa
melibatkan pelbagai ketebalan epithelium bermula dari lapisan basal menuju
keluar. Selalunya lapisan yang paling superfisial yang tidak terkena. Perubahan
displastik yang berat adalah sama dengan karsinoma in situ.
Karsinoma in situ bisa mempamerkan semua ciri bagi
karsinoma sel skuamosa, tetapi masih
tetap terbatas pada epithelium.
Karsinoma sel skuamosa menunjukkan cirri yang sama
seperti karsinoma in situ, tetapi membrana basalis dari epithelium telah
ditembusi dan jaringan subepitelial dari konjungtiva telah diinvasi. Kebanyakan
karsinoma sel skuamosa pada konjungtiva mudah dibedakan dan sering menunjukkan
permukaan dengan keratinisasi.
Varain histopatologi dari tipe yang aggresif adalah
karsinoma sel skuamosa tipe spindle, karsinoma
mukoepidermoid dan karsinoma sel skuamosa adenoid.
Diagnosis
1. Anamnesis
-
Pasien merasakan
seperti adanya masa pada konjungtiva
-
Iritasi dan mata merah
bisa berminggu-minggu atau tahun tetapi sering dalam bulanan
-
Visual hanya akan
terganggu pada fase akhir dimana aksis visual juga sudah terganggu
2. Pemeriksaan
fisis
-
Ditemukan lesi seperti
agar-agar (gelatinous) dengan pembuluh darah superficial, dengan atau bentuk
seperti papil, atau leukoplakia dengan plak keratin menutupi lesi.
-
Bisa memiliki bentuk
nodular sekiranya merupakan karsinoma
sel skuamosa tipe invasive atau bisa juga timbul sebagai lesi yang difus dan
menyamar sebagai konjungtivitis kronis.
-
Evaluasi dengan
menggunakan pewarnaan Rose Bengal
atau Sodium dye bisa membantu melihat
karakteristik dari permukaan lesi dan melihat sejauh mana ekstensinya.
-
Sekiranya sudah
bermetastase, bisa ditemukan pembesaran KGB pada periaurikuler, servikal dan
submandibula.
3. Pemeriksaan
penunjang
a. Untuk
mengetahui kedalaman ekstensi tumor, sudut invasi dan invsai intraokuler
-
Pemeriksaan slit lamp
-
Gonioskopi
-
Biomikroskopi
ultrasound
-
Optical
Coherence Tomography
b. Untuk
mendeteksi penglibatan intraokuler, orbital, periorbital dan intracranial
-
Ultrasound
-
CT scans
-
MRI
c. Untuk
menegakkan diagnostik pasti
-
Dilakukan dengan
pemeriksaan sitologi
Diagnosis banding
1.
Pterigium
Pterygium
didefiniskan sebagai pertumbuhan jaringan fibrovaskuler pada konjungtiva dan tumbul menginfiltrasi permukaan kornea.
Biasanya berbentuk segitiga dengan kepala menghadap sentral kornea dan basis
menghadap lipatan semilunar, pada canthus medius. Pterygium merupakan proses
degenerasi dan hipertrophi yang banyak ditemukan di daerah tropis, disekitar
khatulistiwa.
2.
Melanoma
tanpa pigmentasi
3.
Karsinoma
sel basal
Pengobatan
1.
Pembedahan
Pembedahan secara eksisi adalah metode tradisional
bagi pengobatan lesi OSSN. Untuk mencegah dari terjadinya kekambuhan, adalah
direkomendasikan untuk mengeksisi jaringan tumor dengan lebar margin sekitar
2mm – 3mm. apabila lapisan kornea atau sklera yang lebih dalam terlibat, deep lamellar keratectomy atau
skelerektomi dilakukan.
2.
Krioterapi
Kombinasi dengan pembedahan secara eksisi dan cryosurgery untuk mengurangkan kadar
kekambuhan.
3.
Brakiterapi
Bahan radiokatif yang sering digunakan adalah
strontium-90 dengan dosis rekomendasi sebanyak 20 sehingga 180 Gy pada
permukaan tumor.
4.
Kemoterapi
topical
Disebabkan adanya kemungkinan terjadinya komplikasi
pada pembedahan eksisi, krioterapi dan brakiterapi, penggunaan kemoterapi
topical seperti tetes mitomycin C, 5-fluorourasil, atau interferon alfa 2b telah
dianjurkan. Efek samping yang nyata adalah dari mitomycin c yang berupa
hyperemia dan kadang sebgaian pasien bisa mengalami nyeri atau sensasi terbakar
akibat dari toksisitas pada epithelial kornea. Efek samping tersebut akan
hilang dalam waktu 2 minggu selepas pemberian obat dihentikan.
Prognosis
OSSN dengan kekambuhan lokal diasumsikan sebagai
keganasan tipe low-grade. Kekambuhan
selepas operasi eksisi tergantung dari margin pembedahan (5% pada margin yang
bebas, dan 50% pada margin yang terlibat).
Invasi
intraokuler adalah sangat jarang
Metastasis dari karsinoma sel skuamosa pula adalah
tersangat jarang. Area metastasis antaranya adalah kelenjar getah bening pada
preaurikuler, submandibular dan servikal, kelenjar parotis, paru dan tulang.
Penyebab utama dari metastasis adalah telat dalam mendiagnosa dan terapi.
Daftar pustaka:
1. Jacob
P, Joseph Frucht P. Chapter 25, Ocular surface squamous neoplasma. Essentials
of ophthalmic oncology. Elsevier 2007. Hal 55-56.
2. Paul T finger. Squamous carcinoma and
intraepithelial neoplasma of the conjunctiva. Diunduh dari: www.eyecancer.com.
1 April 2011.
3. Paul
T finger. Conjunctival tumor, diagnosis
and treatment. Diunduh dari: http://www.nyee.edu/pdf/okap-finger-Conjunctival3.pdf
. 1 April 2011.
4. Soosan
J, Amar A, Athiya A. ocular surface squamous neoplasia offers physicians unique
challenges. Diunduh dari: http://www.osnsupersite.com/view.aspx?rid=29976. 1 April 2011.
5. Suhardjo
SU, Siti S, Bayu MS. Degenerasi di konjungtiva. Bab 2, kelainan palpebra,
konjungtiva, kornea, sklera dan sistem lakrimal. Buku ilmu kesehatan mata.
Bagian ilmu penyakit mata FKUGM. Hal 40. November 2007.
6. Paul
Riordan A, John PW. Squamous cell carcinoma, Primary malignant tumor of the
lids. Lids, lacrimal apparatus and tears. Vaughan and Asbury’s general ophthalmology.
Mc graw hill Lange. Hal 89. 2008
Agus S, Tepo PU. Karsinoma
sel skuamosa, tumor palpebra ganas. Bab 12, onkologi mata dan penyakit orbita.
Buku ilmu kesehatan mata. Bagian ilmu penyakit mata FKUGM. Hal 291. November
2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar