KONJUNGTIVITIS
I. PENDAHULUAN
Konjungtivitis merupakan penyakit
mata merah dengan penglihatan normal dan disertai sekret. (2) Konjungtivitis juga merupakan penyakit
mata yang paling umum di dunia, dapat mengenai semua umur, baik pria maupun
wanita. Konjungtivitis dapat menular melalui orang dan barang, terlebih lagi
dengan higiene sanitasi yang buruk. Konjungtivitis memiliki gambaran klinis
yang beranekaragam sesuai dengan etiologinya. Pada umumnya penyakit ini
bersifat self limiting disease, tetapi ada pula yang dapat menjadi
kronik dan menimbulkan komplikasi apabila mendapat terapi yang terlambat dan
tidak adekuat. Prognosis penyakit ini pada umumnya baik.
II. ANATOMI dan FISIOLOGI (4)
Konjungtiva merupakan suatu membrane
mucus yang tipis dan transparan yang melapisi bagian posterior palpebrae
(konjungtiva palpebrae) dan bagian anterior sclera (konjungtiva bulbi). Secara
histologis, konjungtiva terdiri dari epitel (sel epitel superficial dan sel
epitel basal) dan stroma (lapisan adenoid dan jaringan ikat). Pada epitel
superficial mengandung sel-sel goblet, sedangkan pada lapisan adenoid
mengandung banyak folikel. Pada stroma juga terdapat kelenjar Krause dan
Wolfring.
Inervasi
oleh saraf-saraf cabang nervus trigeminus. Vaskularisasi oleh arteri ciliares
anterior dan arteri palpebralis. Konjungtiva mengandung banyak kelenjar lymphe.
III. BATASAN dan KLASIFIKASI (1)
Konjungtivitis merupakan keradangan
konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, chlamidia, alergi atau
iritasi dengan bahan-bahan kimia
Berdasarkan perjalanan penyakitnya,
konjungtivitis dapat diklasifikasikan menjadi konjungtivitis hiperakut, akut,
subakut dan kronik. Sedangkan bila berdasarkan getah mata maka dapat
diklasifikasikan menjadi konjungtivitis purulen, mukopurulen (kataral), mukus
dan serus
IV. ETIOLOGI (3,4)
Bakteri
|
Hiperakut (purulen)
|
Neisseria gonorrhoeae
Neisseria meningitidis
|
||
Akut (kataral)
|
Pneumococcus
Haemophilus aegyptious
|
|||
Subakut (kataral)
|
Haemophilus influenzae |
|||
Kronik
|
Staphilococcus aureus
Moraxella lacunata
|
|||
Klamidial
|
Trachoma (Chlamydia trachomatis serotipe A-C)
Konjungtivitis inklusi (Chlamydia trachomatis serotipe D-K)
Limfogranuloma venereum (Chlamydia trachomatis serotipe L1-3)
|
|||
Virus
|
Akut
|
Adenovirus tipe 3 dan 7
Adenovirus tipe 8 dan 19
Herpes Simplex
Enterovirus tipe 70 atau Coxakievirus tipe A24
|
||
Kronik
|
Molluscum contagiosum
Varicella zooster
Measles
|
|||
Jamur
|
Candida
|
|||
Imunologik
|
Rx Hipersensitivitas segera (humoral)
|
Konjungtivitis hay fever
Konjungtivitis papiler raksasa
Keratokonjungtivitis vernal
Keratokonjungtivitis atopik
|
||
Rx Hipersensitivitas tertunda (seluler)
|
Phlyctenulosis
Konjungtivitis karena blefaritis
|
|||
Penyakit autoimmune
|
Keratokonjungtivitis sicca
Pemphigoid cicatrix
|
|||
Bahan kimia (iritan)
|
Iatrogenik
|
Miotika, Idoxuridine, Larutan lensa kontak, Obat topikal lain
|
||
Yang berhub dengan pekerjaan
|
Asam, basa, asap, angin, cahaya ultra violet
|
|||
V.
PATOFISIOLOGI (1,4)
Konjungtiva selalu berhubungan dengan
dunia luar, sehingga kemungkinan untuk terinfeksi sangat besar.
Pertahanan konjungtiva terutama
karena terdapat tear film yang berfungsi untuk melarutkan kotoran-kotoran dan
bahan-bahan toksik kemudian mengalirkannya melalui saluran lakrimalis ke meatus
nasi inferior. Tear film juga mengandung substansi anti mikroba yaitu lisozim,
antibodi IgA dan IgG. Selain itu, epitel konjungtiva terus menerus diganti dan
temperatur yang rendah karena penguapan air mata sehingga perkembangan biakan
mikroorganisme terhambat.
Konjungtivitis timbul apabila ada
mikroorganisme patogen, bahan-bahan kimia atau reaksi imunologik yang dapat
menembus pertahanan tersebut sehingga menimbulkan infeksi konjungtiva.
VI.
GEJALA KLINIS (1)
Keluhan utama berupa rasa ngeres
(seperti ada pasir di dalam mata), gatal, panas, kemeng di sekitar mata,
epifora, dan mata merah. Penyebab keluhan ini karena edema konjungtiva,
terbentuknya hipertrofi papiler dan folikel yang mengakibatkan perasaan seperti
ada benda asing di mata.
VII.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinik dan
laboratorium.
Gambaran klinis
1.
Hiperemia konjungtiva (1)
Pengisian pembuluh darah
konjungtiva yang dalam keadaan normal kosong, terutama di daerah fornix yang
akan semakin menghilang atau menipis ke arah limbus
2.
Epifora (4)
Keluarnya air mata yang berlebihan
oleh karena adanya sensasi benda asing,
panas dan gatal
3.
Sekret (2,4)
Merupakan eksudasi sel-sel radang.
Sekret dapat bersifat air (infeksi virus atau alergi), purulen (infeksi bakteri
atau klamidia), hiperpurulen (infeksi gonokok atau meningokok), lengket (alergi
atau vernal) dan serous (adenovirus).
4.
Pseudoptosis
Kelopak mata atas seperti akan
menutup, oleh karena edema dan eksudasi sel-sel radang pada konjungtiva
palpebra.(1) Keadaan ini dijumpai pada konjungtivitis yang berat
seperti trachoma dan epidemika.(3)
5.
Hipertrofi papila (1)
Suatu reaksi non spesifik konjungtiva di daerah tarsus
dan limbus, berupa tonjolan-tonjolan yang berbentuk poligonal
6.
Kemosis (3)
Edema pada stroma konjungtiva ,
terutama pada konjungtivitis alergika,
gonokokus, meningokokus dan konjungtivitis adenovirus
7.
Folikel
Merupakan hiperplasia limfoid lokal
dengan germinal centre yang berupa struktur kelabu / putih avaskuler dan bulat
dikelilingi pembuluh-pembuluh kecil.(3) Paling sering ditemukan pada konjungtivitis
virus. (1)
8. Pseudomembran dan
membran
(3,4)
Pseudomembran : Koagulasi kuman
atau bahan toxic hanya pada permukaan epitel yang bila diangkat epitel tetap
utuh.
Membran : Koagulasi kuman atau
bahan toxic yang mengenai seluruh epitel dan bila diangkat akan meninggalkan
bekas yang kasar dan berdarah
9.
Granuloma (3,4)
Timbul apabila stroma konjungtiva
terkena. Bentuk paling sering adalah khalazia.
10.
Adenopati pre aurikuler (3)
-Besar/kecil dengan nyeri tekan :
keratokonjungtivitis epidemika, konjungtivitis Herpes Simplex primer,
konjungtivitis inklusi, trachoma
-Kecil tanpa nyeri tekan : Demam
faringokonjungtiva, konjungtivitis hemoragik akut, anak-anak dengan infeksi
kelenjar meibom
Laboratorium
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata
dengan pengecatan gram atau giemsa.(1)
§ Pewarnaan gram – organisme bakteri atau jamur
§ Pewarnaan giemsa – jenis dan morfologi sel (2)
- Leukosit PMN : bakteri
- Limfosit + Monosit : virus
- Sel raksasa
multinuklear : herpes
- PMN + sel leber + inclusion bodies : chlamydia
- Eosinofil :alergika
VIII.
TERAPI (1)
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi
penyebab.
Konjungtivitis bakteri akut
(Streptococcuc pneumoniae dan Haemophillus aegyptus)
|
~.Sulfonamide (Sulfacetamide
15 %)
~.Antibiotika (Gentamycin 0,3%%, Chloramphenicol 0,5%, Polimixin)
|
Gonoblenore
|
~. Tanpa penyulit pada
kornea
-. Topikal : Salep mata Tetrasiklin HCl 1% atau Ciprofloxacin 0,3%
-. Sistemik : Penisilin G
~. Dengan
penyulit pada kornea
-. Topikal : Ciprofloxacin 0,3%
-. Sistemik : Penicilin G
|
Trachoma
|
Topikal, Sistemik, Higiene
sanitasi, Gizi yang baik
|
Konjungtivitis
karena jamur
|
Amphotericin B 0,1 % (efektif untuk Aspergillus dan Candida)
|
Konjungtivitis
karena virus
|
~.Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
~.Pengobatan anti virus tidak efektif
~.Kompres hangat atau dingin
~.Bersihkan sekret
~.Air mata buatan
~.Steroid tidak dianjurkan untuk pemakaian rutin
|
Konjungtivitis karena
alergi
|
~.Antihistamin (Antazoline 0,5%, Naphazoline 0,05%)
~.Kortikosteroid (deksamethasone 0,1%)
|
Konjungtivitis iritatif
|
~.Pembilasan segera saccus konjungtiva dengan air atau larutan garam
~.Setiap materi padat harus disdingkirkan secara mekanik
~.Jangan memakai antidotum kimiawi
~.Kompres dinginn setiap 20’ tiap jam
~.Atropine 1% 2 dd
~.Analgetik sistemik (kp)
|
IX.
PENYULIT (1)
Dapat berbentuk : Flikten, keratitis
epitelial, ulkus kataralis
Bila konjungtivitis sembuh maka penyulit juga akan sembuh
X. PROGNOSIS (1)
Pada umumnya sembuh sendiri dalam
10-14 hari tanpa pengobatan.
Bila diobati, sembuh dalam waktu 1-3 hari (kecuali pada
konjungtivitis karena stafilokokus yang sering kali menjadi kronik)
KONJUNGTIVITIS
BAKTERIAL
Terdapat dua bentuk konjungtivitis
bakterial yaitu akut dan menahun.
Organisme penyebab yang tersering yaitu
Neisseria gonorrhoeae, Neisseria meningitidis, Pneumococcus,
Haemophilus aegyptious, Haemophilus influenzae,
Staphilococcus aureus dan Moraxella lacunata.
Gejala klinis yang muncul yaitu adanya
iritasi dan kemerahan yang bilateral, eksudat purulen dengan palpebrae yang
lengket saat bangun tidur, dan kadang edema pelpebrae. Infeksi biasanya menular
dari satu mata ke mata yang lain melalui tangan, juga dapat menular ke orang
lain melalui sprei, kain, dll. Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan
neutrofil polimorfonuklear (Giemsa) dan organisme penyebab (Gram) pada
pemeriksaan kerokan konjungtiva.(3)
Komplikasi yang dapat timbul yaitu
blefaritis marginal, cicatrix konjungtiva dan ulserasi dan perforasi kornea.
Terapi spesifik pada konjungtivitis
bakterial tergantung temuan agen mikrobiologiknya. Setiap konjungtivitis
purulen diberikan antibiotik untuk N gonorrhoeae dan N Meningitidis.
Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus konjungtiva harus
dibilas dengan larutan garam untuk menghilangkan sekret. Untuk mencegah
penyebaran penyakit ini, maka higiene perorangan harus mendapat perhatian
khusus.
Konjungtivitis
bakterial akut hampir selalu sembuh sendiri (10-14 hari bila tidak diobati, 1-3
hari bila diobati), kecuali
konjungtivitis oleh karena Stafilokokus dan gonokokus akan menyebabkan
komplikasi berupa blefaro konjungtivitis dan perforasi kornea serta
endoftalmitis sehingga penanganan dini akan lebih baik
Konjungtivitis
bakterial menahun mungkin tidak akan dapat sembuh dengan sendirinya dan menjadi
masalah pengobatan yang menyulitkan.
1. Konjungtivitis Bakterial Hiperakut/Subakut (3)
1.1
Konjungtivitis purulen : Konjungtivitis yang disebabkan N gonorrhoeae(akan dibahas tersendiri), N kochoii, dan N meningitidis ; ditandai banyak
eksudat purulen. Konjungtivitis berat dengan banyak eksudat harus cepat diobati
karena akan menimbulkan komplikasi berupa kerusakan kornea, gangguan
penglihatan, sepsis dan meningitis.
1.2
Konjungtivitis
mukopurulen : Sering terdapat dalam bentuk
epidemik; ditandai hiperemia konjungtiva secara akut dan jumlah eksudat
mukopurulen sedang. Organisme penyebab adalah Streptococcus pneumoniae
(iklim subtropik) dan Haemophillus aegyticus (iklim tropik).
1.3
Konjungtivitis subakut : Penyebab tersering yaitu H. influenzae yang ditandai dengan
eksudat berair tipis atau berawan
2. Konjungtivitis Bakterial Menahun (3)
Terjadi pada pasien dengan obstruksi duktus
nasolakrimalis dan dakriosistitis menahun, yang biasanya unilateral. Infeksi
dapat menyertai blefaritis bakterial menahun / disfungsi kelenjar meibom
GONOBLENORE (1,2,4,5)
Batasan
Konjungtivitis yang
hiperakut dengan sekret purulen yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae.(1)
Etiologi
Kuman Neisseria gonorrhoeae yang merupakan kuman gram negatif
yang berbentuk kokus berpasangan seperti biji kopi yang terletak intra dan
ekstraseluler.
Masa inkubasi
dapat terjadi 3-5 hari.
Patofisiologi
Infeksi terjadi karena adanya kontak langsung antara kuman dengan
konjungtiva.
Diagnosis
Klinis – Hiperemi konjungtiva, getah mata seperti nanah banyak sekali,
kelopak mata bengkak karena edema konjungtiva palpebrae dan bulbi, perdarahan
konjungtiva dan kadang disertai kerusakan kornea.
Secara klinis, penyakit ini dapat ditemukan dalam bentuk oftalmia
neonatorum (bayi berusia 1-3 hari), konjungtivitis gonore infantum (usia lebih
dari 10 hari) dan konjungtivitis gonore adultorum.
Pada pasien dewasa, penyakit ini terdapat dalam 3 stadium yaitu
stadium infiltratif, supuratif dan penyembuhan.
Laboratorium – Pada
kerokan konjungtiva yang dicat gram maka akan tampak sel-sel polimorfonuklear dengan
jumlah sangat banyak, juga tampak kuman Neisseria gonorrhoeae gram
negatif dengan bentuk kokus berpasangan seperti biji kopi yang terletak intra
maupun ekstraseluler
Terapi
Gonoblenore tanpa
penyulit pada kornea
|
Gonoblenore dengan penyulit
pada kornea
|
Topikal : Salep mata
Tetrasiklin HCl 1% atau Ciprofloxacin 0,3% - diberikan minimal 6 kali per
hari pada neonatus, sedangkan pada penderita dewasa diberikan tiap 2 jam
sekali dilanjutkan sampai 5 kali per hari sampai terjadinya resolusi
|
Topikal : Ciprofloxacin 0,3% dengan cara pemberian :
Hari I: 1-2 tetes setiap 15 menit selama 6 jam
Selanjutnya 2 tetes setiap 30
menit
Hari II: 2 tetes tiap 1
jam
Hari III: 2 tetes tiap 4
jam
*) Obat topikal lain :
Bacitracin, Vancomycin, Polymyxin B, Cephaloridin, Cephazolin, Gentamycin,
Tobramycin, Carbenicillin
|
Sistemik :
Dewasa –
Penisillin G 4,8 juta IU i.m single dose ditambah dengan Probenesid 1 gram
peroral atau Ampicilin 3,5 gram peroral single dose.
Neonatus –
Injeksi Penisillin dosis 50.000-100.000 IU/kgBB
*) Pada
penderita yang tidak tahan terhadap derivat penisillin, dapat diberikan
Thiamfenikol 3,5 gram single dose atau Tetrasiklin 1,5 gram dosis initial
dilanjutkan dengan 4x500 mg per hari selama 4 hari
|
Sistemik :
Sama seperti pengobatan sistemik pada
gonoblenore tanpa penyulit pada kornea.
Dapat diberikan
sikloplegik (Skopolamin 0,25%) 2-3x setiap hari untuk menghilangkan nyeri
karena spasme siliar dan mencegah sinekia.
|
Prognosis
Bila pengobatan
diberikan secepatnya dengan dosis cukup maka genoblenore akan sembuh
(pemeriksaan laboratorium 3 kali berturut-turut tidak ditemukan apa-apa) tanpa
komplikasi (ulkus kornea, endoftalmitis)
KONJUNGTIVITIS KLAMIDIAL
Konjungtivitis klamidial terdiri dari trachoma (akan
dibahas sendiri), konjungtivitis inklusi (bilatera; dan biasanya terdapat
pada orang muda yang seksual aktif) dan limfogranuloma venerum.(3)
TRACHOMA (1,2,3,4,5)
Pendahuluan
Trachoma adalah salah satu penyakit
paling tua dan mengenai semua bangsa. Variasi regional, prevalensi dan berat
penyakit tergantung pada variasi higiene perorangan dan standar kehidupan
masyarakat, keadaan cuaca, usia saat terkena, frekuensi dan jenis infeksi
bakterial mata.
Trachoma yang membutakan (gejala berat) terdapat di
daerah Afrika, beberapa daerah Asia, suku Aborigin dan Brazil utara ; sedangkan
trachoma ringan terdapat di daerah Amerika Latin dan Kepulauan Pasifik
Trachoma umumnya mengenai kedua mata (bilateral). Penyebaran
penyakit ini dapat melalui kontak langsung / bahan kontak dan vektor serangga
(lalat/agas). Penyebaran sering disertai epidemi konjungtivitis bakterial dan
musim kemarau.
Batasan
Konjungtivitis yang akut, subakut atau kronis disebabkan oleh Chlamidia
trakhomatis.
Diagnosis
Klinis -
- Masa inkubasi rata-rata 7 hari bervariasi antara 5 –14 hari.
- Pada bayi dan anak perjalanan penyakitnya sangat ringan, akan tetapi pada orang dewasa dapat akut / subakut dengan komplikasi yang cepat berkembang.
- Pembagian stadium menurut WHO :
TF: Folikel berjumlah lima atau lebih
pada konjungtiva tarsal superior
TI : Infiltrat
difus dan hipertrofi papiler konjungtiva superior yang sekurang-kurangnya
menutupi 50% pembuluh profunda normal
TS : Sikatrik konjungtiva trachomatosa
TT : Trikiasis/Entropion (bulu mata
terbalik ke belakang)
CO : Kekeruhan kornea
- Gambaran klinik oleh McCallan :
Stadium I : folikel yang imatur dan hipertrofi papiler pada tarsus atas
Stadium IIA : folikel yang matur dan hipertrofi papiler pada tarsus atas
Stadium IIB : hipertrofi
papiler semakin jelas (dominan)
*) Pada stadium IIA dan IIB (established trakoma) juga didapatkan
epitelial keratis, subepitelial keratis, pannus dan herbet’s pits
Stadium III : Trakoma aktif
dan sikatrik
Stadium IV : Sikatrik tanpa
tanda-tanda trakoma aktif
Laboratorium -
Pada pengecatan Giemsa didapatkan sel-sel PMN, sel plasma, sel leber
(makrofag yang besar dan berisi debris), Halberstaedler-Prowasek Inclusion
Bodies (Badan inklusi pada sitoplasma sel-sel konjungtiva)
Terapi
-Topikal : Tetes mata atau salep mata Tetrasiklin 1%, Erythromycin dan
Sulfonamide 15%. Pemberian topikal
selama 3 bulan
-Sistemik : Tetrasiklin 4x250mg per hari selama 3-4
minggu
Erithromycin 4x250mg per hari selama
3-4 minggu
*) Dosis dapat diperbesar dengan lama pemberian lebih pendek. Dosis
2-4 gram per hari selama 2 minggu
-.Higiene
sanitasi
-Gizi
yang baik
-Trikiasis/Entropion
– Operasi tarsotomi metoden Sie Boen Liang (SBL)
Penyulit
Kebutaan yang
disebabkan oleh pannus totalis, ulkus panusum yang mengalami perforasi, ulkus
kornea akibat entropion dan trikiasis.
Prognosis
Trachoma adalah
suatu penyakit mata yang kronik dan recurrent. Pada kasus yang ringan, dapat
sembuh tanpa meninggalkan cacat. Pada kasus yang berat dapat terjadi sikatrik
atau penyulit lain yang menyebabkan kebutaan.
KONJUNGTIVITIS VIRUS
- Konjungtivitis Folikuler Virus Akut (2,3,4)
1.1 Demam Faringokonjungtival
Causa – Adenovirus tipe 3,4,7 dengan masa inkubasin 5-12 hari
Penyakit ini lebih sering pada anak-anak/remaja, yang
dapat disebarkan melalui droplet atau kolam renang yang berchlor rendah.
Klinis – Demam (38,3 – 40oC), sakit
tenggorokan, konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata, mata merah,
epifora, keratitis superfisial untuk sementara, limfadenopati preaurikuler
tanpa nyeri tekan.
Laboratorium – Sel mononuklear
Terapi – tidak ada pengobatan spesifik karena dapat
sembuh sendiri dalam 10 hari. Pengobatan biasanya suportif (kompres),
simtomatik dan antibiotik (mencegah infeksi sekunder).
1.2 Keratokonjungtivitis Epidemika
Causa – Adenovirus tipe 8 dan 19 dengan masa inkubasi 8-9 hari
Gambaran klinis – Pada umumnya bilateral, awalnya 1
mata, nyeri sedang, epifora, dan diikuti dalam 5-14 hari oleh fotofobia ,
keratitis epitel, kekeruhan subepitel. Nodus preaurikuler dengan nyeri tekan,
edema palpebra, kemosis, hiperemia konjungtiva, pseudomembran/membran sejati
Terapi – tidak ada pengobatan spesifik
1.3 Konjungtivitis
Virus Herpes Simplex
Causa – Virus Herpes Simplex
Biasanya menyerang anak-anak dan terjadi pada infeksi primer
Klinis – pelebaran pembuluh darah unilateral, iritasi, sekret
mukoid, nyeri dan fotofobia ringan, nodus preaurikuler yang nyeri tekan
Lab – ditemukan sel epithelial raksasa multinuklear
Terapi – Antivirus topikal dan sistemik (untuk mencegah terkenanya
kornea). Lama pemberian antivirus topikal 7-10 hari: trifluridine setiap 2 jam
sewaktu bangun atau salep vidarabine 5 kali sehari atau idoxuridine 0,1% 1
tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes tiap 2 jam di waktu malam.
Keratitis herpes dapat diberi salep acyclovir 3% 5x sehari selama 10
hari atau dengan acyclovir oral 400 mg 5x sehari selama 7 hari.
Apabila terjadi ulkus kornea, debridement kornea.
1.4 Konjungtivitis Penyakit Newcastle
Sering pada pekerja peternakan unggas
Klinis - Rasa
sakit pada mata, gatal, epifora, penglihatan kabur dan fotofobia, edema
palpebrae ringan, kemosis, sekret sedikit, dan terdapat folikel-folikel pada
konjungtiva tarsal inferior. Kornea – Keratitis epitelial, keratitis
subepitelial. Pembesaran kelenjar getah bening tidak nyeri tekan
Terapi : sembuh sendiri dalam 1 minggu
1.5 Konjungtivitis Hemoragika Akut
Causa - Adenovirus tipe 70, Cocksakie A24 ( jarang)
Masa inkubasi : 8-48 jam dan berlangsung singkat 5-7
hari
Penularan : orang-orang, sprei, alat-alat optik, air
Klinis – Nyeri, fotofobia, sensitisasi benda asing, epifora,
hiperemi, edema palpebrae,hemoragic subkonjungtival yang difus (gambaran awal
dapat berupa bintik-bintik), limfadenopati preaurikuler, folikel konjungtiva,
keratitis epithelial, demam-malaise-mialgia, paralisis motorik tungkai bawah
(jarang)
Terapi : sembuh sendiri dalam 5-7 hari
- Konjungtivitis Folikuler Virus Kronis (2,3,4)
2.1 Blefarokonjungtivitis Molluscum Contagiosum
Reaksi radang mononuklear dengan lesi bulat, berombak, putih mutiara
dengan bagian pusat non radang.
2.2 Blefarokonjungtivitis Varicella Zoster
Usia penderita
biasanya >50 tahun
Klinis – hiperemi, konjungtivitis infiltrarif disertai dengan erupsi
vesikuler khas sepanjang dermatom nervus trigeminus cabang oftalmika,
unilateral
Laboratorium – Ditemukan giant cell pada pengecatan Giemsa
Terapi - Kompres dingin, Acyclovir 800 mg 5x perhari (7-10 hari),
Analgetik, Salep tetrasiklin, Steroid tetes (deksametasone 0,1%) bila ada
apiskleritis, skleritis dan iritis. Bila ada glaukoma diberi steroid dan anti
glaukoma
Komplikasi – Parut pada kelopak ; Post herpetik Neuralgia ; Katarak
; Galukoma ; Parese N III,IV,VI ; Atrofi saraf optikus ; Kebutaan
2.3 Keratokonjungtivitis Morbili
Klinis – muncul beberapa hari sebelum erupsi kulit : konjungtivitis
eksudatif dengan sekret mukopurulen. Saat muncul erupsi kulit : timbul bercak
koplik pada konjungtiva. Ddapat disertai keratitis epithelial (anak-anak dini,
dewasa lanjut).
Terapi – Tidak ada pengobatan spesifik, kecuali jika ada infeksi
sekunder.
KONJUNGTIVITIS JAMUR (3)
Konjungtivitis Candida
Causa – Candida spp (biasanya Candida albicans)
Biasanya muncul pada pasien diabetes atau dengan imunocompromised
dengan bentuk konjungtivitis ulseratif atau granulomatous.
Terapi - Amphotericin B 0,1 % 3-8 mg/ml dalam larutan air
KONJUNGTIVITIS
ALERGIKA(1,2,3,4,5)
- Reaksi Hipersensitivitas Humoral Langsung
1.1
Konjungtivitis Hay Fever
-. Suatu konjungtivitis yang nonspesifik disertai rhinitis alergika
-. Klinis – gatal, epifora, hiperemi,kemosis berat
-. Pengobatan : Vasokonstriktor, kompres dingin, antihistamin
1.2
Keratokonjungtivitis
Vernalis
-. Batasan : Keradangan
bilateral konjungtiva yang berulang menurut musim dengan gambaran spesifik
hipertrofi papiler di daerah tarsus dan limbus
-. Penderita kebanyakan anak-anak sampai prepubertal,
dan lebih banyak menyerang anak laki-laki.
-. Tipe :
palpebral dan limbal
-. Diagnosis :
Klinis - keluhan utama : gatal pada musim panas.
Sekret mata elastis.
Palpebrae : Hipertrofi papiler, Couble stone,
Giant’s papile, ptosis bilateral. Konjungtiva bulbi : warna merah kecoklatan
dan kotor, terutama di daerah fisura interpalpebralis.
Limbus : Horner Trantas dots
Kornea : pungtat epitelial keratopati
Lab - Eosinofil
-. DD : Trakhoma , Hay Fever konjungtivitis
-. Terapi :
- Fase akut - kortikosteroid lokal (setiap 2 jam selam 4 hari) kemudian dilanjutkan dengan:
1. Sodium Cromoglycate 2% 4-6 x 1 tetes per hari
2. Lodoxamide tromethamine 0,1% 4 x 2 tetes per hari
(Keratokonjungtivitis Vernalis sedang sampai berat, sangat efektif untuk
mencegah komplikasi pada kornea)
3.Levocabastin : 2-4 x 1 tetes per hari
4.Cyclosporin 2% -
Keratokonjungtivitis Vernalis yang berat
§ Kasus-kasus yang berat
dipertimbangkan pemberian :
1.Kortikosteroid peroral
2.Antihistamin peroral
3.Aspirin sebagai anti prostaglandin : 3 x 650 mg/hari
§ Yang perlu diperhatikan bagi penderita :
1.tetes mata steroid tidak boleh terus menerus
2.Setiap pemberian obat harus dengan resep dokter
3.Bahaya steroid : infeksi bakteri dan jamur,glaukoma
4.Kontrol secara teratur
§ Kompres dingin dan anjuran untuk pindah ke tempat yang lebih dingin.
-. Penyulit : glaukoma kronik simpel - kebutaan
-. Prognosis :
Keratokonjungtivitis Vernalis diderita sekita 4-10 tahun dengan remisi dan
eksaserbasi.
1.3
Keratokonjungtivitis Atopik
-. Biasanya terjadi pada pasien dermatitis atopik
-. Kllinis – sensasi terbakar, sekret berupa lendir,
hiperemi, fotofobia, tepian palpebrae eritematous, konjungtiva tampak putih
susu, papila halus di tarsus inferior
-. Terapi : Antihistamin oral, NSAID (ketorolac),
Antibiotik untuk infeksi sekunder, kontrol lingkungan
1.4
Konjungtivitis Papiler
Raksasa
Timbul
pada pasien yang memakai mata buatan dari plastik atau lensa kontak.
- Reaksi Hipersensitivitas tipe Lambat
2.1
Phlyctenulosis
-. Respons hipersensitivitas tipe lambat terhadap
protein mikroba.
-. Klinis : lesi kecil (diameter 1-3 mm) yang keras,
merah, menimbul dan dikelilingi zona hiperemia. Di limbus, sering berbentuk
segitiga dengan apeks mengarah ke kornea.
2.2
Konjungtivitis Ringan
Sekunder terhadap Blefaritis Kontak
Blefaritis kontak disebabkan oleh
atropine, neomycin, antibiotika spektrum luas dan medikasi topikal lain.
- Konjungtivitis dengan Penyakit Autoimune
3.1
Keratokonjungtivitis sicca
Muncul pada sindrom Sjogren yaitu
penyakit sistemik yang ditandai gangguan keratokonjungtivitis sicca, xerostomia
dan disfungsi jaringan ikat (artritis).
3.2
Pemphigoid Sikatrikal
Biasanya mulai sebagai
konjungtivitis menahun nonspesifik yang resisten terhadap terapi.
Konjungtivitis menimbulkan parut progresif dan penutupan forniks inferior.
KONJUNGTIVITIS
KIMIA atau IRITATIF
- Konjungtivitis Iatrogenik akibat Pemberian Obat Topikal
Konjungtivitis folikuler toksik atau
konjungtivitis nonspesifik infiltrat yang diikuti pembentukan parut. Penyebab
tersering : dipivefrin, miotika, idoxuridine, neomycin dan obat lain yang
iritan.
- Konjungtivitis Pekerjaan
-. Causa : Asam, alkali, asap, angin,
pupuk, sabun, deodorant, spray rambut, tembakau, maskara
Pada luka karena asam, asam mengubah sifat protein
jaringan dan efeknya langsung, sedangkan alkali menyusup ke dalam jaringan
konjungtiva dan menetap, merusak dengan perlahan-lahan dan mengakibatkan
symblepharon (perlekatan konjungtiva bulbi dan palpebra) dan leukoma kornea
-. Gejala : Sakit, pelebaran pembuluh
darah,fotofobia, blefarospasme, riw kerja
-. Terapi:
§ Pembilasan segera saccus konjungtiva dengan air atau larutan garam
§ Setiap materi padat harus disdingkirkan secara mekanik
§ Jangan memakai antidotum kimiawi
§ Kompres dingin setiap 20’ tiap jam
§ Atropine 1% 2x sehari
§ Analgetik sistemik (kp)
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Soewono Wisnujono, Oetomo
Moegiono, Eddyanto. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Mata. Surabaya :
RSUD dr Soetomo, 2002 ; hal 75-88
2.
Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit
Mata edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2004 ; hal 120-139
3.
Vaughan Daniel, Asbury Taylor,
Riordan Paul. Oftalmologi Umum. Jakarta : Widya Medika, 2000 ; hal 99-119
4.
Soewono Wisnujono. Anatomi –
Fisiologi – Penyakit Mata Luar. Surabaya : FKUA, 2004 ; hal 30-47
5.
Mansjoer Arif, Triyanti
Kuspuji, eds. Kapita Selekta Kedokteran jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI, 2001; hal 51-54
Tidak ada komentar:
Posting Komentar