GLUKOMA ANGLE RECESS
I. PENDAHULUAN
Glaukoma merupakan penyakit neurodegeneratif pada
saraf optik yang ditandai dengan kematian progresif dari sel ganglion retina
dan dapat menyebabkan kebutaan. Penyebabnya tidak lagi karena adanya faktor
resiko utama yaitu peningkatan tekanan intraokuler namun penelitian-penelitian
terakhir menyatakan bahwa penyebab glaukoma merupakan proses multifaktor dan menyeluruh. 1, 2
Angle-recess glaukoma diklasifikasikan sebagai jenis
glaukoma sudut terbuka sekunder pasca terjadinya suatu trauma pada mata atau
biasa disebut sebagai glaukoma traumatik. Glaukoma traumatik merujuk kepada
sekelompok heterogen kelainan okuler yang terjadi setelah terjadinya trauma.
Akibat terjadinya trauma tersebut, terjadi berbagai mekanisme yang menyebabkan
terjadinya elevasi dari tekanan intra okuler(TIO) dan meningkatkan resiko
terjadinya kerusakan pada Nervus Optik. 4, 5
Tekanan
bola mata diukur dan dinilai dalam satuan millimeter mercury (mmHg). Tekanan
bola mata normalnya berkisar antara 10-20 mmHg. Tekanan bola mata diatas 20mmhg
dapat meningkatkan resiko berkembangnya glaukoma. Tekanan bola mata disebabkan
oleh ketidak seimbangan produksi dan drainase dari humour aquous.
Channel-channel yang normalnya menyalurkan cairan dari dalam dari dalam bola
mata tidak berfungsi sebagaimana mustinya atau tersumbat. 6, 7
Angle recess pada mata, dengan atau
tanpa disertai glaukoma, merupakan sekuel yang paling sering terjadi akibat
trauma tumpul pada mata. Ciri khas dari angle
recess ini adanya celah yang bervariasi antara serabut sirkuler muskulus
siliaris dan serabut longitudinal muskulus siliaris. Insiden peningkatan
tekanan intraokuler berhubungan erat dengan luas sudut yang terlibat, biasanya
melibatkan 180o – 270 osudut trabekular meshwork. 3,
4, 6
Sekalipun
Glaukoma angle recess ini jarang
ditemukan, kemungkinan keadaan ini seringkali tidak terdeteksi karena onsetnya
yang cenderung terlambat. Karena jangka waktu terjadinya trauma sudah lama,
sehingga riwayat trauma yang pernah terjadi pada mata tersebut sering
terlupakan. 3, 4, 6
Pada
mata dengan angle recess, sangat
sedikit yang kemudian berkembang menjadi glaukoma (20%). Pada angle recess yang disertai dengan
glaukoma, onsetnya sangatlah bervariasi, dari segera setelah terjadinya trauma
sampai berbulan bahkan bertahun-tahun setelah terjadinya trauma. Resiko
berkembangnya angle recess untuk
menjadi glaukoma berbanding lurus dengan luasnya angle recess pada mata tersebut. Namun adanya angle recess pada mata itu sendiri tidak dapat dijadikan predictor
untuk terjadinya penyakit glaukoma. 6
Treacher
Collins pertama kali melaporkan hasil penelitiannya mengenai deformitas sudut
postcontusional pada pemeriksaan makroskopis bola mata yang dienukleasi pada
1982. Pada tahun 1944. D'Ombrain
meneliti hubungan antara trauma okuler dan glaukoma unilateral kronik,
dan menunjukkan adanya kelainan pada daerah trabekular meshwork sebagai
penyebab khusus. Teori ini diperkuat oleh temuan histologis klasik mengenai angle recess yang dipublikasikan pada
tahun 1962 oleh Wolf and Zimmerman, dan sejumlah peneliti yang
mengkonfirmasi hubungan antara glaukoma dengan abnormalitas angle traumatik. 6
II. PREVALENSI DAN INSIDEN
Di
Amerika Serikat, terjadi lebih dari 1 juta kejadian trauma pada mata setiap
tahunnya, dimana 60% diantaranya merupakan trauma tumpul pada mata. Sekalipun
trauma yang terjadi biasanya hanya pada satu mata, namun insiden trauma pada
kedua mata didapatkan sebanyak 27%.4, 6
Pada
penelitian yang dilakukan di Inggris dilaporkan :
Pada tahun
1998, angka kejadian trauma pada mata yang terjadi adalah sebanyak 9,75 mata
dari setiap 1000 orang penduduk dewasa setiap tahunnya berdasarkan pada laporan
perindividu.
Pada tahun
1990, diperkiraan jumlah anak-anak yang mengalami trauma pada mata dan dirawat
inap dilaporkan sebanyak 15,2 mata dari setiap 100.000 anak pada setiap
tahunnya.
Trauma pada
mata akibat kecelakaan kerja adalah sebanyak 13-18% dari total kasus trauma
pada mata.
Trauma mata
yang terjadi di rumah(trauma domestik) adalah sebanyak 27-31% dari keseluruhan
kasus trauma pada mata 4, 6
Angle recess merupakan salah satu
komplikasi yang sering terjadi setelah trauma pada mata. Insiden pasti di AS
belum pernah dilaporkan, namun didapatkan pada sekitar 20-94% dari mata yang
mengalami trauma tumpul.
Angle recess yang terjadi setelah adanya hifema traumatik adalah
sebanyak 71-100% kasus trauma.
Pada tahun
1987 pemeriksaan rutin (asimptomatik) pada petinju didapatkan angle recess sebanyak 19% dari jumlah
penderita yang diperiksa, dimana 8% diantaranya merupakan terjadi secara
bilateral. 4, 6
Hasil penelitian pada penderita usia
diatas 40 tahun di Australia melaporkan bahwa angka kejadian trauma mata secara
kumulatif adalah sebanyak 21,1%(dari apa?). Pada pria angka kejadian di daerah
terpencil lebih tinggi daripada yang terjadi didaerah perkotaan(42,1% vs
30,5%), dimana angka kejadian trauma mata akibat kecelakaan kerja sejumlah 60%,
dan kecelakaan rumah tangga 24%, bertentangan dengan hasil penelitian yang
didapatkan di AS. Sementara hasil penelitian di Nigeria, Scotlandia dan Israel
melaporkan hasil yang serupa dengan AS.6
Pada tahun 1996, suatu penelitian
melaporkan bahwa insiden kumulatif trauma mata yang berat adalah sekitar 8 dari
100.000 kasus. Dimana diantara kasus tersebut, 13% diantaranya mengakibatkan
visus yang buruk, dan 10,7% menjadi buta. Pada tahun 1999, satu penelitian melaporkan bahwa trauma pada mata terjadi
pada + 55% trauma fasialis dan 16% dari keseluruhan kasus trauma yang
masuk ke unit gawat darurat. 4, 6
Pada
Keadaan Angle recess glaukoma, tidak
ditemukan perbedaan bermakna pengaruh dari perbedaan Ras. Namun secara umum
resiko menderita glaukoma jenis apapun lebih tinggi ditemukan pada ras
Afrika-Amerika, khususnya jenis Glaukoma Primer Sudut Terbuka. Hal ini
sebanding lurus dengan hasil penelitian-penelitian lain yang melaporkan bahwa
angka kejadian trauma pada mata lebih tinggi ditemukan pada ras afrika-amerika
dibandingkan dengan ras Hispanic. 6
Untuk perbedaan jenis kelamin,
berbanding lurus dengan angka kejadian trauma mata yaitu dengan angka kejadian
trauma mata dan glaukoma angle recess
yang lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan wanita. Belum pernah ada
penelitian yang melaporkan data yang pasti mengenai pengaruh usia pada penyakit
ini. 4, 6
Sementara di Indonesia,
serupa dengan prevalensi kebutaan akibat penyakit glaukoma didunia, Glaukoma
merupakan penyebab kebutaan terbanyak kedua setelah katarak. Berdasarkan
survei kesehatan indera tahun 1993-1996 menunjukkan 1,5 juta penduduk Indonesia
mengalami kebutaan yang disebabkan katarak 52%, glaukoma 13,4%, kelainan
refraksi 9,5%, gangguan retina 8.5%, kelainan kornea 8,4%, dan penyakit mata
lainnya. 3
III. ETIOLOGI
Pada Angle recess, trauma tumpul pada mata mengakibatkan robekan korpus
siliaris antara otot sirkuler dengan otot longitudinalnya. Umumnya pada onset
dini pasca trauma dapat disertai adanya hifema.
Etiologi dari kenaikan Tekanan Intra
Okuler pada Angle recess traumatik masih merupakan kontroversi.
Satu teori melibatkan kerusakan traumatik langsung pada jaringan trabekular
meshwork. Teori lain berpendapat bahwa materi partikuler kecil seperti pigmen dan hemosiderin yang
dihasilkan segera setelah terjadinya trauma, menyebabkan terjadinya kerusakan
pada trabekular meshwork yang menyebabkan fibrosis yang mengakibatkan
peningkatan resistensi terhadap filtrasi humour aquous. Namun beberapa
penelitian lain menunjukkan adanya migrasi dan proliferasi sel-sel endotel ke
trabekular meshwork sebagai respons terhadap trauma, membentuk Descemet's-like
membrane yang menghambat filtrasi. 9
Banyak kejadian dan benda yang dapat
menyebabkan terjadinya trauma tumpul yang dapat berkembang menjadi glaukoma angle recess, antara lain :
Benturan Airbag pada kecelakaan lalu lintas (KLL)
Terkena
lemparan/benturan batu
Terkena
lemparan bola
Benturan
pada setir mobil saat KLL
Penyebab paling umum adalah cedera olahraga, seperti baseball atau tinju.
Jatuh
Terkena
pukulan pada perkelahian, dll. 6, 9
Terdapat
beberapa faktor prediktor penting berkembangnya suatu glaukoma pada keadaan angle recess :
Angle recess jarang berkembang menjadi glaukoma apabila
keterlibatan iris atau kuadran angle
recess-nya kurang dari 180o
Angle recess yang melibatkan iris atau kuadran angle recess sebanyak lebih dari 180o
dihubungkan dengan insiden glaukoma sebanyak 4-9%
Angle recess yang melibatkan iris atau kuadran angle recess sebanyak lebih dari 240o
memiliki resiko terjadinya glaukoma yang sangat tinggi. 6
IV. TANDA DAN GEJALA KLINIS
Glaukoma Angle
recess dapat terjadi pada pasien dengan berbagai usia. Pada trauma mata
anamnesis harus mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan segera
sesudah cedera. Harus dicatat apakah gangguan penglihatan bersifat progresif
lambat atau berawitan mendadak. 4, 6
Sekalipun trauma oculus nonperforans dapat
mengakibatkan terjadinya angle recess,
penderita seringkali lupa mengenai detail terjadinya trauma setelah
bertahun-tahun waktu berlalu, sehingga penyakit ini dapat berjalan secara
asimptomatis sehingga sulit terdiagnosa. 4, 6
Sebagai
tambahan, penderita dengan angle recess
glaukoma, seperti penderita-penderita dengan bentuk lain glaukoma, dapat muncul
tanpa adanya keluhan visus atau gangguan mata lainnya. Gambaran Klinis pada penyakit ini antara
lain: 4, 6
- Pada fase akut setelah trauma, onset glaukoma dapat terjadi dan dihubungkan dengan kemungkinan munculnya uveitis atau hifema dan iridodialisis pada kasus yang lebih berat.
- Tekanan intraokuler dapat tetap normal sampai bertahun-tahun atau berdekade sebelum ada peningkatan tekanan intraokuler
- Temuan lain yang dapat ditemukan antara lain adalah edem kornea, robekan sphincter papillae, subluksasi lensa, atau hifema. 4, 6
Keadaan-keadaan
lain yang dihubungkan dengan adanya suatu angle
recess salah satunya adalah katarak unilateral pada usia muda sampai dewasa
muda dapat meningkatkan kecurigaan terhadap adanya riwayat trauma sebelumnya,
walaupun hasil anamnesis yang didapatkan negatif. Meskipun telah dianamnesis,
beberapa pasien kemungkinan tidak menyampaikan adanya riwayat apapun mengenai
trauma. Namun kurangnya informasi mengenai riwayat trauma sebelumnya tidak
dapat menyingkirkan kemungkinan adanya angle recess. 4
Pada
pemeriksaan Gonioskopi umumnya ditemukan pendangkalan angle recess, dan gambaran jaringan grey area (corpus siliaris) di
bagian posterior dari skleral spur. 6
V. PEMERIKSAAN
Sebaiknya angle recess dapat dideteksi secara dini, sebelum berkembang
menjadi glaukoma angle recess.
Sehingga terjadinya berbagai komplikasi glaukoma dapat dicegah. Hasil
pemeriksaan visus dan evaluasi keadaan segmen anterior dan posterior bola mata
dicatat dan berguna untuk mengevaluasi kemungkinan berkembangnya angle recess menjadi glaukoma angle recess diwaktu yang akan
datang. Beberapa pemeriksaan lain yang
diperlukan antara lain : 2, 4, 6
A.
Pemeriksaan Lapangan Pandang :
Pemeriksaan
ini penting untuk mendeteksi dan mengevaluasi perkembangan angle recess menjadi glaukoma. Defek lapangan pandang umumnya tidak
disadari oleh penderita sampai kerusakan
pada serabut saraf nervus optik mencapai lebih dari 40%.
Tes
lapangan pandang perlu diulangi kembali
secara rutin. Apabila terdapat resiko rendah berkembang menjadi glaukoma,
pemeriksaan ini dapat diulangi setiap setahun sekali. Apabila terdapat resiko
tinggi berkembang menjadi glaukoma, pemeriksaan ini dapat dilakukan setiap dua
bulan sekali. 4
B. Tonometri
:
Pemeriksaan tonometri dilakukan
untuk mengukur Tekanan Intra Okuler(TIO). Peningkatan tekanan intra okuler pada
satu mata merupakan hal yang perlu diperhatikan pada glaukoma angle recess.
TIO yang
tinggi segera(dalam beberapa bulan) setelah terjadinya trauma mengindikasikan
adanya defek yang luas dan memberikan prognosis yang lebih jelek.
Pengukuran
dilakukan pada kedua mata minimal dalam 2-3 kali kunjungan, karena TIO
barvariasi pada jam-jam tertentu pada masing-masing individu. Pengukuran dapat
dilakukan diwaktu yang berbeda pada hari yang sama, misalnya pagi dan malam
hari.
Perbedaan
tekanan pada kedua mata yang lebih dari 3 mmHg menguatkan diagnosa glaukoma. 4,
6, 10
C.
Gonioskopi :
Pemeriksaan gonioskopi merupakan
pemeriksaan yang paling penting dalam penegakan diagnosa angle recess glaukoma, Pada pemeriksaan Gonioskopi umumnya
ditemukan gambaran :
- Gambaran pelebaran cilliary body band
- Penonjolan processus Ciliaris
Dislokasi
Iris Posterior
Gambar 5.
Pemeriksaan gonioskopi angle recess
traumatik menunjukkan adanya pelebaran irregular korpus siliaris 6
- Terkadang gonioskopi sulit atau bahkan tidak mungkin dilakukan pada mata yang terkena trauma akibat adanya edema kornea, sikatriks kornea, hifema, sinekia atau kekeruhan lainnya. Dalam keadaan tersebut, ultrasound biomicroscope frekuensi tinggi merupakan alat penunjang diagnostik yang efektif untuk mengevaluasi abnormalitas dari sudut bilik mata depan .10,11, 12
D. Ultrasound Bio Microscope dan Optical
Coherence Tomography : 13, 14
- UBM dan OCT memberikan gambaran detail struktur segmen anterior tanpa mengintervensi aliran humour aquous.
- Ultrasound biomicroscopy (UBM) menghasilkan gambar axial beresolusi tinggi dari segmen anterior bulbus oculi, menyediakan tampakan cross-sectional dari sudut in vivo yang hampir sama dengan bagian histologi. Prosedur non-invasif ini dapat dilakukan di klinik pada bulbus oculi yang intak dan menyediakan informasi yang tidak dapat diperoleh dari pemeriksaan biasa.
- UBM system menggunakan frekuensi 35-80 MHz, lebih detail dibanding USG A/B scan yang menggunakan frekuensi 10 MHz
UBM dan OCT
sama-sama merupakan alat bantu yang sangat bermanfaat dalam penegakan diagnosa
dan perencanaan terapi pembedahan glaukoma seperti evaluasi bleb pasca trabekulektomi,
skleretomi, dan kanaloplasty
Keuntungan
UBM dibandingkan OCT adalah karena dapat memberikan gambaran yang lebih baik
pada media yang opak sekalipun dan dapat secara baik memberikan gambaran corpus
siliaris, vitreus anterior, bilik mata belakang dan keadaan zonulla zini.
·
Defisiensi zonular dan angle recess adalah penemuan UBM yang paling sering ditemukan dalam
Trauma oculus non perforans
Temuan
ultrasound biomicroscopy yang merupakan sudut yang lebih lebar dan tidak adanya
cyclodialysis telah dilaporkan menjadi predictor yang signifikan untuk
perkembangan glaukoma traumatik pada mata dengan trauma oculus non perforans.
Sementara
keuntungan OCT dibandingkan UBM terletak pada hasil resolusi yang lebih tinggi,
hingga memberikan detail gambar lebih baik, waktu scan yang dibutuhkan lebih
singkat, dan sistem nonkontak yang memungkinkan dapat dilakukan dengan segera
pasca operasi.
Pemeriksan
dengan menggunakan OCT menguntungkan, karena tidak perlu ada kontak fisik dengan
mata yang mengalami trauma
E. Gambaran Radiologi :
- Diagnosis angle recess dipastikan saat pemeriksaan klinis.
- Biasanya, imaging hanya diperlukan untuk mengevaluasi komorbiditas akibat trauma.
- Terkadang CT scan orbita diperlukan untuk mengevaluasi fraktur orbita atau benda asing lainnya.
- Emergency neuroimaging dapat diindikasikan setelah trauma kepala berat.
F. Foto
Fundus :
Foto
fundus dapat diambil untuk mengevaluasi segmen posterior bola mata terutama
papil nervus optik dan untuk menjadi pembanding pada waktu evaluasi berikutnya.
4, 6
VI. DIFFERENSIAL DIAGNOSIS
- Glaukoma sudut tertutup akut
- Glaukoma sudut tertutup kronik
- Lens Induced Glaukoma
- Glaukoma Neovaskular
- Glaukoma Fakolitik
- Pigmentary Glaukoma
- Glaukoma primer sudut terbuka
- Glaukoma Pseudoexfoliation
- Uveitis Glaukoma 4, 6
VII. PENATALAKSANAN
Kerusakan pada sel ganglion
retina pada penyakit glaukoma
bersifat ireversibel, sehingga prinsip
penanganan glaukoma adalah mendeteksi penyakit sesegera mungkin, dan memberikan
penanganan yang lebih cepat sehingga dapat mencegah atau memperlambat kerusakan
permanen yang dapat terjadi. Alasan lain yang membuat pentingnya deteksi awal
glaukoma adalah bahwa penyakit ini bersifat asimptomatik, kadang tanpa nyeri
dan menyerang pada penglihatan perifer yang tidak disadari oleh penderitanya
yang mempersulit untuk ditegakkan diagnosa lebih awal. 2, 6, 13
Kapan
waktu yang tepat untuk pemberian terapi medikamentosa pada penderita Angle recess Glaukoma bergantung kepada
beberapa hal, antara lain seberapa parahnya cedera yang terjadi dan bagaimana
perawatan dan terapi pada mata yang mengalami cedera dan respon klinis yang
berbeda-beda saat penyembuhan berlangsung. Mata yang normotensif dengan angle recess lebih dari 180° harus
diperiksa secara rutin untuk memonitor kemungkinan berkembangnya menjadi
glaukoma angle recess. 6
Tujuan
utama dari terapi medikamentosa yang dilakukan adalah pengurangan TIO. Pengobatan harus digunakan
untuk jangka panjang. TIO harus diawasi kapanpun saat pengobatan dihentikan
atau diubah, dan jika diperlukan dapat dimulai kembali dari awal. Terapi
medikasi biasanya dimulai apabila TIO lebih dari 25 mmHg atau apabila ditemukan
gambaran nervus optik yang memburuk atau adanya penyempitan lapangan pandang
perifer. 4, 6
Tahapan penatalaksanaan pada penderita angle recess : 4, 6, 13
- Kontrol yang teratur pada penderita angle recess, sekalipun belum didapatkan didapatkan peningkatan tekanan intraokuler.
- Sebagaimana seperti glaukoma tipe lainnya, follow-up tergantung kepada derajat dari pengontrolan TIO dan resiko kehilangan lapangan pandang yang progresif.
- Pasien dengan peningkatan TIO yang dini setelah trauma tumpul harus diperiksa kembali setiap 4-6 minggu selama tahun pertama untuk dievaluasi secara intensif perkembangan keadaannya.
- Sekalipun pada beberapa kasus akut pasca trauma bersifat self-limiting, akan tetapi pasien harus tetap diobservasi secara rutin dan teratur.
- Beberapa kasus yang bersifat akut memberikaan gambaran gejala klinis yang berat dari penyakit ini dan memerlukan adanya penanganan medis yang intensif; kasus seperti itu membutuhkan frekwensi kontrol yang lebih sering.
- Terapi Medikamentosa : 4, 6, 11, 12
- Pemberian terapi steroid dapat digunakan pada keadaan peningkatan tekanan intraokuler post traumatik akut, yang bertujuan untuk menurunkan resistensi outflow dari humour aquous akibat edema dan inflamasi pada trabekular meshwork
- Beta bloker yang diberikan secara topikal merupakan dasar pengobatan glaukoma selama dua dekade. Timolol maleate merupakan obat standar dibandingkan obat lainnya dalam hal efikasi, efek samping dan biaya. Beta bloker menurunkan TIO dengan menurunkan produksi humour aquous pada ciliary body. Obat ini juga dapat meningkatkan sedikit penyerapan aqueous outflow. Meskipun timolol yang diberikan secara topikal direkomendasikan sebagai terapi lini utama, kerja dan efek samping dari obat ini dibatasi penggunaannya. Timolol dan beta bloker lainnya dapat memicu serangan asma, termasuk status asmatikus, memperburuk gagal jantung, henti jantung dan cardiac arrest. Betaxolol (Betoptic), beta boker kardioselektif, mempunyai efek samping cardiopulmonary yang lebih baik daripada timolol. Namun dikarenakan timolol memiliki efek menurunkan TIO yang lebih kuat, maka seringkali direkomendasikan daripada betaxolol jika tidak ada gangguan kardiopulmoner. Beberapa penelitian mengenai betaxolol memperlihatkan efek mempertahankan lapangan pandang yang lebih baik. Beta bloker diberikan dua kali sehari, meskipun pada beberapa pasien pemberian satu kali sehari dapat efektif. Solusi berbentuk gel dari timolol maleate (Timoptic-XE) memiliki kelebihan pada pemakaian satu kali sehari, obat ini tampaknya menjadi terapi pilihan pada pasien yang dapat mentolerir beta bloker.
- Carbonic anhydrase inhibitors yang diberikan secara oral telah lama digunakan untuk manajemen POAG. Agen seperti acetazolamide (Diamox) dan methazolamide (Neptazane) menurunkan sekresi humor aqueous pada epitel ciliaris. Penggunaan carbonic anhydrase inhibitors dibatasi oleh efek sampingnya yang bervariasi, mulai dari kelelahan sampai asidosis metabolik, renal calculi dan supresi sumsum tulang. carbonic anhydrase inhibitors yang diberikan secara oral dapat meningkatkan efek dari diuretik dan mengakibatkan deplesi volume dan hipokalemia yang signifikan. Pemakaian diberikan dua atau tiga kali perhari, Dorzolamide juga dipasarkan dengan kombinasi bersama timolol (Cosopt). Dorzolamide dan brinzolamide harus tidak dapat digunakan pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap sulfa, dan tidak direkomendasikan pada pasien dengan gangguan ginjal sedang sampai berat. Efek samping sistemik yang berhubungan dengan pemakaian topikal dorzolamide dan brinzolamide antara lain bitter taste (lebih dari 25% pasien), sakit kepala, mual, asthenia dan kelemahan. Dan dapat muncul nephrolithiasis meskipun sangat jarang.
- Penggunaan agen miotik saat ini masih kontroversial dan tidak direkomendasikan untuk diberikan secara rutin. Pilocarpine (Isopto Carpine), diisolasi dari daun tanaman Pilocarpus pada abad ke 19th, dan merupakan terapi glaukoma yang pertama kali digunakan pada tahun 1956. Miotics (acetylcholine agonists dan cholinesterase inhibitors) diyakini meningkatkan penyerapan humor aqueous dengan mongkontraksi musculus ciliaris.
- Prostaglandin analog Latanoprost (Xalatan) yang belakangan ini digunakan pada penderita glaukoma merupakan salah satu prostaglandin analogs, diberikan satu kali perhari saat akan tidur. Penurunan TIO setara dengan pemakaian timolol dua kali sehari. Bila dibandingkan dengan timolol, latanoprost mempunyai efek samping sistemik dan lokal yang lebih minimal. Perkembangan dari agen prostaglandin ini sebelumnya terhambat dikarenakan efek samping okularnya, terutama hiperemia konjungtival. Latanoprost menurunkan TIO dengan meningkatkan penyerapan humor aqueous pada jalur uveoscleral. Yang menarik adalah latanoprost menurunkan TIO dengan derajat yang besar ketika diberikan satu kali sehari pada sore hari dibandingkan dengan pemberian saat pagi hari atau dua kali perhari. Tidak seperti timolol, latanoprost menunjukkan efek penurunan TIO yang berkelanjutan saat siang dan malam hari.
- Terapi pembedahan dapat diindikasikan pada glaukoma yang nonresponsive terhadap obat-obatan anti glaukoma.
- Dalam kasus angle recess yang lebih besar dari 180° , walaupun pada pemeriksaan keadaan awalnya tidak didapatkan gambaran penyakit glaukoma, late-onset glaukoma dapat saja terjadi walaupun waktunya telah berlalu bertahun-tahun setelah trauma. Evaluasi dan pemeriksaan rutin setiap tahun harus tetap dilakukan
- Terapi Operatif : 4, 6
o
Laser trabeculoplasty : Laser
argon 50 μm ditemp.atkan pada trabecular meshwork untuk menstimulasi pembukaan
dari trabekular meshwork sehingga penyerapan humor aqueous dapat lebih banyak.
Biasanya setengah dari sudut iridokorneal ditangani pada satu waktu. Traditional
laser trabeculoplasty menggunakan laser argon thermal, prosedur ini disebut
sebagai Argon Laser Trabeculoplasty atau ALT. Laser trabeculoplasty
meningkatkan penyerapan humor aqueous dan memberikan reduksi TIO sampai 75%
pada pemakaian pertama kali. Tingkat keberhasilan jangka pendek laser argon
trabekuloplasty cukup baik, namun tingkat keberhasilan terapi ini dalam jangka
panjang kurang memuaskan, terutama pada angle
recess dengan sudut yang terlibat melebihi 180o. Pada angle recess dengan sudut trabekular
yang terlibat kurang dari 180o terapi ini sangat bermanfaat bila
trabekuloplastynya dilakukan pada sudut-sudut yang bebas dari angle recess.
o
Trabekulektomi : Tingkat
keberhasilan trabekulektomi pada penderita glaukoma angle recess lebih rendah dibandingkan dengan tingkat keberhasilan
operasi trabekulektomi pada penderita glaukoma sudut terbuka primer.
Trabekulektomi pada penderita glaukoma angle
recess sering dihubungkan dengan penurunan TIO yang rendah pasca operasi,
fibrosis bleb yang lebih berat, frekwensi kegagalan terbentuknya bleb lebih
tinggi dan tingkat kebutuhan tinggi medikasi glaukoma pasca operasi.
o
Implan drainage : Umumnya
dilakukan apabila terapi trabekulektomi yang dilakukan gagal. Terdapat beberapa
macam drainase implant yang berbeda. Termasuk Molteno implant, the
Baerveldt tube shunt, atau implant berkatup seperti the Ahmed glaucoma
valve implant atau the ExPress Mini Shunt dan pressure ridge
Molteno implants. Implant ini diindikasikan pada pasien yang tidak
mempunyai respon maksimal terhadap terapi farmakologi, dengan filtering surgery
(trabeculectomy) yang telah gagal sebelumnya. Sebuah pipa kecil dimasukkan
kedalam bilik anterior dan plat diletakkan dibawah konjungtiva untuk dapat
mengalirkan humor aqueous. Generasi pertama Molteno dan implant lainnya yang
tidak berkatup seringkali membutuhkan ligasi pada pipa sampai terbentuknya bleb
yang terfibrosis dan kedap air. Hal ini dilakukan untuk menurunkan hipotoni
post-operatif (penurunan mendadak TIO post-operatif). Implant yang berkatup
seperti Ahmed glaucoma valve mengontrol terjadinya hipotoni
post-operatif dengan menggunakan katup mekanik. Jaringan parut yang terjadi
pada segmen konjungtiva yang berhubungan dengan shunt mungkin jadi terlalu
kecil sehingga humor dapat melewatinya, dalam hal ini diperlukan pencegahan
dengan medikasi anti-fibrotik dengan menggunakan 5-fluorouracil
(5-FU) atau mitomycin-C (selama pembedahan), atau
dibutuhkannya pembedahan tambahan.
VIII.
KESIMPULAN :
Angle-recess glaukoma diklasifikasikan sebagai jenis
glaukoma sudut terbuka sekunder pasca terjadinya suatu trauma pada mata atau
biasa disebut sebagai glaukoma traumatik. Glaukoma traumatik itu sendiri
merujuk kepada sekelompok heterogen kelainan okuler yang terjadi setelah
terjadinya trauma.
Angle recess pada mata,
dengan atau tanpa disertai glaukoma, merupakan sekuel yang paling sering
terjadi akibat trauma tumpul pada mata.
Ciri
khas dari angle recess ini adanya
pelebaran celah yang bervariasi antara serabut sirkuler muskulus siliaris dan
serabut longitudinal muskulus siliaris. Insiden peningkatan tekanan intraokuler
berhubungan erat dengan luas sudut yang terlibat, biasanya melibatkan 180o
– 270 osudut trabekular meshwork.
Sekalipun
Glaukoma angle recess ini jarang
ditemukan, kemungkinan keadaan ini seringkali tidak terdeteksi karena onsetnya
yang cenderung terlambat. Karena jangka waktu terjadinya trauma sudah lama,
sehingga riwayat trauma yang pernah terjadi pada mata tersebut sering
terlupakan.
Prinsip
penatalaksanaan pada angle recess
adallah dengan deteksi kemungkinan berkembangnya menjadi glaukoma secara dini,
sehingga defek yang dapat ditimbulkankan oleh penyakit glaukoma angle recess
dapat dicegah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar