TRAUMA TUMPUL
I.
RUDAPAKSA MATA MEKANIS
TUMPUL
Tingkatan dari rudapaksa mata ini
tergantung dari besar, berat, energi kinetic dari obyek.
II.
MEKANISME
Gelombang tekanan akibat dari rudapaksa
mata menyebabkan:
a.
Tekanan yang sangat tinggi dan
jelas dalam waktu yang singkat didalam bolamata.
b.
Perubahan yang menyolok dari
bola mata.
c.
Tekanan dalam bolamata akan
menyebar antara cairan vitreous ynag kental dan jaringan sclera yang tidak
elastis.
d.
Akibatnya terjadi peregangan
dan robeknya jaringan pada tempat dimana ada perbedaan elastisitas, mis: daerah
limbus, sudut iridocorneal, ligmentum Zinnii, corpus ciliare.
III.
RESPON DARI JARINGAN
a.
Vasokonstriksi dari
pembuluh darah perifer, sehingga terjadi iskemia dan nekrosis local.
b.
Diikuti dengan
vasodilatasi, hiperpermeabilitas, aliran darah yang menurun.
c.
Dinding pembuluh darah
robek maka cairan jaringan dan isi sel akan menyebar menuju jaringan sekitarnya
sehingga terjadi udema dan perdarahan.
Karena tiap-tiap jaringan mempunyai sifat-sifat dan respon khusus
terhadap trauma maka akan dibicarakan satu-persatu.
1.
PALPEBRA
·
Laserasi dan hematom
Pada pemeriksaan didapatkan luka
memar,udema dan ekskoriasi.
Pengobatan: Pembersihan luka dan
kompres dingin.
2.
KONJUNGTIVA
·
Perdarahan di bawah konjungtiva
Tampak bercak merah berbatas jelas.
Biasanya tanpa terapi dapat sembuh sendiri, tetapi untuk
mempercepat dapat dibantu dengan vasokonstriksi.
·
Edema
Bila massif dan terletak sentral dapat mengganggu visus.
Kondisi ini dapat diatasi dengan jalan reposisi
konjungtiva atau menusuk konjungtiva sehingga terjadi jalan untuk mengurangi
edema tersebut.
Dapat juga dibantu dengan cairan saline yang hipertonik
untuk mempercepat penyerapan.
·
Laserasi
Bila laserasi sedikit dapat diberi antibiotika untuk
membatasi kerusakan. Daya regenerasi epitel konjungtiva yang tinggi sehingga
akan tumbuh dalam beberapa hari.
Laserasi dan jaringan necrotic maka inflamasi akan lebih
menonjol daripada traumanya.
Dalam hal ini daerah nekrosis harus dieksisi.
3.
KORNEA
·
Erosi kornea ( hilangnya
sebagian epitel kornea )
Bila penderita mengeluh nyeri, fotofobi, epifora,
blefarospasme, perlu kita lakukan pemeriksaan pengecatan fluorescein.
Bila (+) berarti sebagian kornea tampak hijau berarti
ada suatu lesi atau erosi kornea.
Tx: Bebat mata dan diharapkan 1-2 hari terjadi
penyembuhan.
Bila erosi luas maka perlu tambahan antibiotika.
·
Edema kornea
Dapat berupa edema yang datar atau edema yang melipat
dan menekuk ke dalam masuk ke membrane bowman dan descemet.
Tx: Pemberian antibiotika dan bebat mata, kadang-kadang
diperlukan lensa kontak untuk melindungi kornea pada fase penyembuhan.
4.
BILIK MATA DEPAN
·
Hifema
Adalah perdarahan dalam bilik mata depan yang berasal
dari iris dan corpus siliare. Respon vaskuler yang terkena adalah A. Ciliaris Anterior,
perdarahan vena di schlemm kanal dan adanya hipotoni, seperti pada
siklodialisis. Pada umumnya 70% kasus penyerapan terjadi dalam waktu 5-6 hari.
Bila perdarahan luas koagulasi di bilik mata depan akan luas dimana terjadi
gumpalan fibrin dan darah merah. Hal ini akan memperlambat penyerapan ditambah
lagi hambatan mekanis terhadap “outflow” humor aquos di sudut iridocorneal.
Pada beberapa produk darah menempel pada bagian anterior pigmen membrane dari
iris di daerah pupil dan sudut irdocorneal. Walaupun sepintas bilik mata depan
jernih, tetapi iritis cukup kuat untuk membentuk sinekia anterior dan
posterior. Hifema sekunder pada umumnya nampak antara hari ke 2 dan ke 5.
Biasanya diikuti ancaman iritis. Pada hifema ringan dapat terjadi glukoma sekunder
dengan meningkatnya tekanan intra okuler. Hal ini dari adanya edema di
trabekuler meshwork, sehingga terjadi gangguan outflow humor akuos.
Tekanan intra okuli kadang baru terjadi beberapa hari
setelah trauma, ini adalah akibat adanya perdarahan sekunder.
Frekwensi perdarahan sekunder tanpa kenaikan tekanan
intra okuli adalah 30%.
Frekuensi perdarahan sekunder dengan kenaikan tekanan
intra okuli adalah 50%.
Pengobatan hifema:
Bila tanpa penyulit:
1.
Tirah baring sempurna dengan
posisi kepala lebih tinggi + 300.Larangan
gerakan fisik dan mengangkat kepala.
2.
Pemakaian bebat mata.
Masih kontroversi memakai atau tidak. Bila kedua mata
dibebat diharapkan mengistirahatkan mata.
Tetapi pada anak menyebabkan gelisah dan pada dewasa
akan terjadi disorientasi.
1.
Tetapi bila satu mata dibebat
maka paling tidak penderita atau keluarga sadar terhadap penyakitnya yang
serius dan mereka lebih berhati-hati dan membatasi gerak.
3.
Pada umumnya setelah 5-6 hari
hifema hilang.
4.
Simptomatis diberikan bila
perlu:
a)
Missal: penenang, anti
fibrinolitik.
b)
Bila penyerapan berjalan lambat
lebih dari 7 hari maka dapat dibantu dengan pemberian miotikum dengan tujuan
memperluas permukaan iris sehingga penyerapan darah lebih cepat.
c)
Bila ada kecenderungan
pembentukan sinekia dapat diberikan midriatikum.
d)
Bila ada tanda-tanda glaukoma
sekunder dan diberi obat anti glaucoma.
5.
Dilakukan tindakan pembedahan
dengan mengeluarkan darah dari bilik
mata depan.
Hal ini dilakukan pada kasus-kasus:
a)
Hifema yang tidak kurang selama
5 hari dan darah lebih dari ½ bilik mata depan.
b)
Tanda-tanda glaucoma sekunder.
c)
Tanda-tanda hemosiderosis.
Biasanya hemosiderosis yang ringan hilangnya agak lama
yaitu setelah beberapa bulan. Hal ini disebabkan karena proses fagositosis dari
produk Hb ini berjalan lambat dari tepi ke sentral.
5.
IRIS
·
Iridodialisis
a)
Iris lepas dari insersi
yang kadang diikuti dengan hifema.
b)
Pupil miosis.
c)
Ax : penderita merasa
melihat double pada satu mata(diplopia unilateral)
d)
Pemeriksaan : tampak
sebagian iris lepas.
e)
Tx : passive, tetapi bila
ada keluhan operatif.
6.
PUPIL
·
Midriasis :
Akibat dari parese saraf optikus atau
karena ruktur otot sfincter.
7.
LENSA
Penyebab utama kerusakan lensa
adalah kerusakan seluler dan laserasi
jaringan.
Mekanisme :
Gelombang
tekanan menekan humor aquos.
Iris tertekan
kearah vitreous.
Lensa
tertekan kembali kearah humor aquos dan diafragma iris.
Tambahan
tekanan pada kapsul dan epitel lensa.
Terjadi kerusakan jaringan intraseluler
fiber dari lensa, nekrosis kapsul dan dislokasi
sebagian material lensa.
Kekeruan lensa :
a)
Subluksasi atau dislokasi lensa
:
Dapat
kedua arah yaitu menuju bilik mata depan dan posterior menuju badan kaca
Keluhan berupa penglihatan menurun dan
melihat dobel pada satu mata.
Pada pemeriksaan terlihat iris tremulans
dan bilik mata depan yang dalam.
Pengobatan :
·
Aktif dengan operasi pada
dislokasi anterior. Hal ini untuk mencegah terjadinya kerusakan endotel kornea
dan glaucoma sekunder.
·
Passive secara konservatif pada
dislokasi posterior.
8.
SEGMEN POSTERIOR
Kita menduga adanya kerusakan segmen posterior
bila penglihatan menurun tanpa kerusakan segmen anterior.
a.
Perdarahan badan kaca
·
Darah berasal dari korpus
ciliare.
·
Keluhan berupa visus yang
kabur.
·
Pemeriksaan dengan oftalmoskop
nampak kekeruhan badan kaca.
·
Pengobatan hanya konservatif
b)
Udema macula
Terjadi
karena timbunan cairan subretina dimakula.
c)
Robekan retina
Keluhan kabur, benda tampak bergelombang.
Pemeriksaan tampak ablasi retina yang
terlihat dengan oftalmoskop.
Pengobatan dengan
operasi.
d)
Keluhan nervus optikus
HIFEMA
BATASAN
Perdarahan
dalam bilik mata depan yang berasal dari pecahnya pembuluh darah pada iris atau
badan silier akibat ruda paksa tumpul.
PATOFISIOLOGI
Ruda
paksa tumpul dengan kecepatan tinggi pada bola mata akan menimbulkan tekanan
yang sangat tinggi didalam bola mata. Tekanan ini menyebar kearah posterior
badan kaca dan sclera(equatorial zone). Hal ini akan menyebabkan terjadinya
perubahan letak diafragma lensa-iris keposterior, pecahnya pembuluh darah
arteri di iris, badan silier, dan
pembuluh darah di khoroid. Selanjutnya, perdarahan ini masuk kedalam bilik mata
depan.
GEJALA DAN TANDA
·
Penderita akan mengeluh nyeri
disertai epifora dan blefarospasme. Penglihatan juga kabur setelah mata
penderita terkena benda tumpul.
·
Dari pemeriksaan fisik,
didapatkan visus yang menurun tekanan intraokuli bisa normal, meningkat,
ataupun menurun. Bentuk pupil penderita dapat normal, midriasis, atau lonjong
akibat adanya oftalmoplegi interna. Pembuluh darah perikornea melebar. Hifema
(+),volumenya: <1/3 BMD, >1/3 BMD, total hifema atau eight ball, Black
ball eye. Hifema kadang diikuti abrasi kornea sehingga tes fluoresin yang
positif atau negatif. Kadang-kadang terlihat iridoplegi dan iridodialisis.
PEMERIKSAAN
Dilakukan tes
fluoresin untuk mengetahui adanya abrasi kornea atau tidak. Jika pemeriksaan
sulit dilakukan karena adanya blefarospasme, penderita diberi anestesi local
terlebih dahulu. Dilakukan pemeriksaan pula pada segmen anterior dengan lampu
senter dan loupe atau slit lamp biomicroscope.
PENYULIT
Penyulit yang mungkin
terjadi adalah glaucoma sekunder, uveitis, hifema sekunder, dan hemosiderosis.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
hifema bisa dilakukan dengan konserfatif ataupun operatif .
Penderita yang
jelas memperlihatkan hifema yang mengisi lebih dari 5% kamera anterior
diharuskan tirah baring dengan posisi kepala lebih tinggi dari badan +
30o. mata diistirahatkan dengan bebat mata dan pada penderita
anak-anak dapat diberikan obat penenang. Antibiotika tetes mata, kortikosteroid
tetes mata, dan sikloplegik diberikan pada mata yang sakit selama 5hari. Mata
diperiksa secara berkala untuk mencari adanya perdarahan sekunder, glaucoma,
atau hemositerois. Asam amino kaproat oral 100mg/kg BB/4jam dengan dosis
maksimal 30g/hari.dapat diberikan pula selama 5hari untuk menstabilkan bekuan
darah sehingga resiko perdarahan ulang lebih kecil. Jika terjadi glaucoma,
penatalaksanaan mencakup pemberian timolol 0,25% atau 0.5% 2x sehari,
acetazolamid 250mg oral 4x sehari, dan obat hiperosmotik(manitol, gliserol,
atau sorbitol). Tindakan operasi parasentesis dilakukan jika ada tanda-tanda
kenaikan tekanan intra okuler, hifema yang tetap dan tidak berkurang lebih dari
5hari, dan jika terjadi hemosiderosis pada endotel kornea.
TEKNIK PARASENTESIS
Parasentesis
merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan darah atau nanah dari bilik
mata depan.
Tekniknya sebagai
berikut :
Dibuat insisi
kornea 2mm dari limbus kearah kornea yang sejajar dengan permukaan iris.
Biasanya jika dilakukan penekanan pada bibir luka, koagulum keluar dari bilik
mata depan. Jika darah tidak keluar seluruhnya, bilik mata depan dibilas dengan
garam fisiologik. Biasanya luka insisi kornea pada parasentesis tidak perlu
dijahit.
PROGNOSA
70% kasus dalam
5-6hari hifema akan hilang sempurna karena terjadi penyerapan. Tapi, ptisis
bulbi dan kebutaan dapat terjadi juga jika hemosiderosis yang terjadi dibiarkan
saja.
DAFTAR PUSTAKA
~ PDT 2002
~ Ilyas, Sidharta: Ilmu Penyakit
Mata.Jakarta 2004,Balai Penerbit FKUI.
~ Vaughan
D: Oftalmologi Umum,Edisi 14
~ Buku Diktat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar