Katarak Traumatika
Definisi
Katarak traumatik
merupakan katarak yang muncul sebagai akibat cedera pada mata yang dapat
merupakan trauma perforasi ataupun tumpul yang terlihat sesudah beberapa hari
ataupun beberapa tahun.Katarak traumatik ini dapat muncul akut, subakut, atau
pun gejala sisa dari trauma mata.10
Etiologi
Peluru senapan angin dan petasan merupakan penyebab katarak traumatik
paling sering, sedangkan batu, panah, kontusio, overexposure panas (glassblower’s cataract),
dan radiasi ion merupakan penyebab katarak traumatik yang jarang.4
Insiden
Di Amerika Serikat terjadi kurang lebih sebanyak 2,5 juta trauma mata per
tahun. Diperkirakan sebanyak kurang lebih 4-5% dari jumlah tersebut akan
menjadi trauma mata sekunder.5 Perbandingan laki-laki dan perempuan
yang mengalami katarak traumatik adalah 4:1. Sementara itu, kelompok usia yang
paling sering terkena adalah anak-anak dan dewasa muda. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh National Eye Trauma System antara tahun 1985-1991, rerata usia
penderita katarak traumatik adalah usia 28 tahun dari 648 kasus yang
berhubungan dengan trauma mata.5
Patogenesis
1. Luka memar/tumpul
Jika terjadi trauma
akibat benda keras yang cukup kuat mengenai mata dapat menyebabkan lensa
menjadi opak. Trauma yang disebabkan oleh benturan dengan bola keras adalah
salah satu contohnya. Kadang munculnya katarak dapat tertunda sampai kurun
waktu beberapa tahun. Bila ditemukan katarak unilateral, maka harus dicurigai
kemungkinan adanya riwayat trauma sebelumnya, namun hubungan sebab dan akibat
tersebut kadang cukup sulit untuk dibuktikan dikarenakan tidak adanya
tanda-tanda lain yang dapat ditemukan mengenai adanya trauma sebelumnya
tersebut.10
Pada trauma tumpul akan
terlihat katarak subkapsular anterior ataupun posterior. Kontusio lensa
menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula dalam bentuk katarak
tercetak (imprinting) yang disebut cincin Vossius.10
2. Luka perforasi
Luka perforasi pada
mata mempunyai tendensi yang cukup tinggi untuk terbentuknya
katarak. Jika objek yang dapat menyebabkan perforasi (contoh : gelas yang
pecah) tembus melalui kornea tanpa mengenai lensa biasanya tidak memberikan
dampak pada lensa, dan bila trauma tidak menimbulkan suatu luka memar yang
signifikan maka katarak tidak akan terbentuk. Hal ini tentunya juga bergantung
kepada penatalaksanaan luka kornea yang hati-hati dan pencegahan terhadap
infeksi, akan tetapi trauma-trauma seperti di atas dapat juga melibatkan kapsul
lensa, yang mengakibatkan keluarnya lensa mata ke bilik anterior.
Urutan dari dampak
setelah trauma juga bergantung pada usia pasien. Saat kapsul lensa pada anak
ruptur, maka akan diikuti oleh reaksi inflamasi di bilik anterior dan masa
lensa biasanya secara berangsur-angsur akan diserap, jika tidak ditangani dalam
waktu kurang lebih 1 bulan. Namun demikian, pasien tidak dapat melihat dengan
jelas karena sebagian besar dari kemampuan
refraktif mata tersebut hilang. Keadaan ini merupakan konsekuensi yang serius
dan kadang membutuhkan penggunaan lensa buatan intraokular. Bila ruptur lensa
terjadi pada dewasa, juga diikuti dengan reksi inflamasi seperti halnya pada
anak namun tendensi untuk fibrosis jauh lebih tinggi, dan jaringan fribrosis
opak yang terbentuk tersebut dapat bertahan dan menghalangi pupil.10
Trauma tembus akan
menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan menutup dengan cepat
akibat proliferasi epitel sehingga bentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma
tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat
disertai dengan terdapatnya masa lensa di dalam bilik mata.10
Pada keadaan ini akan
terlihat secara histopatologik masa lensa yang akan difagosit makrofag dengan
cepatnya, yang dapat memberikan bentuk endoftalmitis fakoanalitik. Lensa dengan
kapsul anterior saja yang pecah akan menjerat korteks lensa sehingga akan
mengakibatkan terbentuknya cincin Soemering atau bila epitel lensa
berproliferasi aktif akan terlihat mutiara Elschnig.10
3. Radiasi sinar
Sinar yang terlihat
cenderung tidak menyebabkan timbulnya katarak. Ultraviolet juga mungkin tidak
menyebabkan katarak karena sinar dengan gelombang pendek tidak dapat melewati
atmosfir. Sinar gelombang pendek (tidak terlihat) ini dapat menyebabkan luka
bakar kornea superfisial yang dramatis, yang biasanya sembuh dalam 48 jam.
Cedera ini ditandai dengan “snow blindness” dan “welder’ flash”.
Sinar infra merah yang
berkepanjagan (prolong), juga dapat menjadi penyebab katarak, ini dapat ditemui
pada pekerja bahan-bahan kaca dan pekerja baja. Namun penggunaan kacamata pelindung dapat
setidaknya mengeliminasi sinar X ini dan sinar gamma yang juga dapat
mengakibatkan katarak.
Katarak traumatik
disebabkan oleh radiasi ini dapat ditemukan pada pasien-pasien yang mendapat
radioterapi (seluruh tubuh) leukemia, namun resiko terjadinya hanya apabila
terapi menggunakan sinar X.10
Seringnya, manifestasi
awal dari katarak traumatik ini adalah kekeruhan berbentuk roset (rosette
cataract), biasanya pada daerah aksial yang melibatkan kapsul posterior
lensa. Pada beberapa kasus, trauma tumpul dapat berakibat dislokasi dan
pembentukan katarak pada lensa. Katarak traumatik ringan dapat membaik dengan
sendirinya (namun jarang ditemukan).10
4. Kimia
Trauma basa pada
permukaan mata sering menyebabkan katarak, selain menyebabkan kerusakan kornea, konjungtiva, dan iris.
Komponen basa yang masuk mengenai mata menyebabkan peningkatan pH cairan akuos dan menurunkan kadar glukosa
dan askorbat. Hal ini dapat terjadi secara akut ataupun perlahan-lahan. Trauma
kimia dapat juga disebabkan oleh zat asam, namun karena trauma asam sukar masuk
ke bagian dalam mata dibandingkan basa maka jarang menyebabkan katarak.10
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien.
Pada anamnesis diperoleh sebagai berikut:10
1. Riwayat dan mekanisme trauma, apakah tajam atau tumpul
2. Riwayat keadaan mata sebelumnya, apakah ada riwayat operasi, glakoma, , retinal detachment, penyakit mata karena gangguan metabolik.
3. Riwayat penyakit lain, seperti diabetes, sickle cell, sindroma marfan, homosistinuria, defisiensi sulfat oksidase.
4. Keluhan mengenai penglihatan, seperti penurunan visus, pandangan ganda pada satu mata atau kedua mata, dan nyeri pada mata.
Sementara itu, pada pemeriksaan fisik diperoleh sebagai berikut:10
1. Visus, lapangan pandang, dan pupil
2. Kerusakan ekstraokular - fraktur tulang orbita, gangguan saraf traumatik.
3. Tekanan intraokular - glaukoma sekunder, perdarahan retrobulbar.
4. Bilik anterior - hifema, iritis, iridodonesis, robekan sudut.
5. Lensa - subluksasi, dislokasi, integritas kapsular (anterior dan posterior), katarak (luas dan tipe).
6. Vitreus - ada atau tidaknya perdarahan dan perlepasan vitreus posterior.
7. Fundus - Retinal detachment, ruptur khoroid, perdarahan pre intra dan sub retina, kondisi saraf optik.
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:10
1. B-scan - jika pole posterior tidak dapat terlihat.
2. A-scan - sebelum ekstraksi katarak
3. CT scan orbita - adanya fraktur, benda asing, atau kelainan lain.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan katarak
traumatik tergantung kepada saat terjadinya. Bila terjadi pada anak sebaiknya
dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya ambliopia. Untuk mencegah ambliopia
pada anak dapat dipasang lensa intra okular primer atau sekunder. Apabila tidak
terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. Bila terjadi
penyulit seperti glaukoma, uveitis, dan lain sebagainya maka segera dilakukan
ekstraksi lensa. Penyulit uvetis dan glaukoma sering dijumpai pada orang usia
tua. Pada beberapa pasien dapat terbentuk cincin Soemmering pada pupil
sehingga dapat mengurangi tajam penglihatan. Keadaan ini dapat disertai
perdarahan, ablasi retina, uveitis, atau salah letak lensa.10
Harus diberikan
antibiotik sistemik dan topikal serta kortikosteroid topikal dalam beberapa
hari untuk memperkecil kemungkinan infeksi dan uveitis. Atropin sulfat 1%, 1
tetes 3 kali sehari, dianjurkan untuk menjaga pupil tetap berdilatasi dan untuk
mencegah pembentukan sinekia posterior.10
Katarak dapat dikeluarkan
pada saat pengeluaran benda asing atau setelah peradangan mereda. Apabila
terjadi glaukoma selama periode menuggu, bedah katarak jangan ditunda walaupun
masih terdapat peradangan. Untuk mengeluarkan katarak traumatik, biasanya
digunakan teknik-teknik yang sama dengan yang digunakan untuk mengeluarkan
katarak kongenital, terutama pada pasien berusia kurang dari 30 tahun.10
Merencanakan pendekatan
pembedahan sepenuhnya penting pada kasus-kasus katarak traumatik. Integritas
kapsular preoperatif dan stabilitas zonular harus diketahui/ diprediksi. Pada
kasus dislokasi posterior tanpa glaukoma, inflamasi, atau hambatan visual,
pembedahan mungkin tidak diperlukan. Indikasi untuk penatalaksanaan pembedahan
pada kasus-kasus katarak traumatik adalah sebagai berikut:10
1. Penurunan visus yang berat (unacceptable)
2. Hambatan penglihatan karena proses patologis pada bagian posterior.
3. Inflamasi yang diinduksi lensa atau terjadinya glaukoma.
4. Ruptur kapsul dengan edema lensa.
5. Keadaan patologis okular lain yang disebabkan trauma dan membutuhkan tindakan bedah.
Fakoemulsifikasi standar dapat dilakukan
bila kapsul lensa intak dan dukungan zonular yang cukup. Ekstraksi katarak
intrakapsular diperlukan pada kasus-kasus dislokasi anterior atau instabilitas
zonular yang ekstrim. Dislokasi anterior lense ke bilik anterior merupakan
keadaan emergensi yang harus segera dilakukan tindakan (removal), karena
dapat mengakibatkan terjadinya pupillary block glaucoma. Lesentomi dan
vitrektomi pars plana dapat menjadi pilihan terbaik pada kasus-kasus ruptur
kapsul posterior, dislokasi posterior, atau instabilitas zonular yang ekstrim.10
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain:10
1.
Dislokasi lensa dan subluksasi sering ditemukan bersamaan
dengan katarak traumatik.
2. Komplikasi lain yang dapat berhubungan,
seperti phakolitik, phakomorpik, blok pupil, glaukoma sudut tertutup, uveitis, retinal
detachment, ruptur koroid, hipema, perdarahan retrobulbar, neurophati optik
traumatik.
Prognosis
Prognosis sangat
bergantung kepada luasnya trauma yang terjadi pada saat terjadinya trauma dan
kerusakan yang terjadi akibat trauma.10
Daftar Pustaka
1.
Oktaviani,
Rasalia. Katarak. http://oktavie.wordpress.com/2010/03/15/
katarak/. Diakses tanggal 15 Juni 2010.
2. Anonim. Operasi Katarak Tak Lagi Menakutkan. Solo Pos
edisi 07 November 2009. http://www.solopos.com/2009/lifestyle/kesehatan/operasi-katarak-tak-lagi-menakutkan-8817. Diakses tanggal 12 mei 2010
3. Ilham. 2009.
Epidemiologi Katarak http://www.scribd.com/doc/
20283414/epidemiologi-katarak. diakses tanggal 12 mei 2010
4.
Vaughan DG,
Asbury T, Eva PR. Oftalmologi
Umum. Edisi 14.
Jakarta: Widya Medika. 1996.
5.
Graham,
Robert H., Cataract Traumatic. http://www.emedicine.com.
Diakses tanggal 15 Juni 2010
6. Brian C
Mulroone, Brian C. Cataract. http://academic.kellogg.edu/
herbrandsonc/bio201_mckinley/f19-12b_anatomy_of_the__c.jpg.
diakses pada 15 Juni 2010.
7.
Snell,
Richard S. Anatomi Klinik. Jakarta:
EGC. 2005.
8.
Ophthobook. Introduction
to the lens and cataract surgery. http:// Ophthobook.com. Diakses tanggal
15 Juni 2010.
9.
Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-6.
Penerbit Abadi Tegal. Jakarta. 1993.
10. American Academy of Ophthalmology. Lens
and Cataract Section 11. San Fransisco. 2007.
11. Ezeddin, Harri Prawira. Katarak
Traumatik. FK Unri. Pekanbaru. 2010
12. Indiana University. Traumatic
Cataract. [online database]: http://www.opt.indiana.edu/NewHorizons/Graphics/Tray2/Slide07.jpg. diakses tanggal 16 Juni 2010.
13. Edward SH Eye Institute. Digital
Reference of Ophthalmology – Traumatic Cataract. [online database]: http://dro.hs.columbia.edu/lc2/soemmeringb.jpg. diakses tanggal 16 Juni 2010.
14. Webmaster. Traumatic Cataract. [offline
database]:http://img.medscape. com/pi/emed/ckb/ophthalmology/1189694-1220263271.jpg.
diakses tanggal 16 Juni 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar