Hukum Ilmu Refraksi Sinar
- Hukum Astigmatism Against the Rule
(Hukum
Astigmat tidak lazim)
Suatu
keadaan kelainan refraksi astigmat dimana koreksi dengan silinder negatif
dilakukan dengan sumbu tegak lurus (antara 60 - 120 derajat) atau dengan silinder
positif sumbu horisontal (antara 30 - 150 derajat)
Akibat dari kelengkungan kornea pada meridian
horisontal lebih kuat dibandingkan kelengkungan kornea vertikal. Hal ini sering
ditemukan pada usia lanjut.
- Hukum Astigmatism With the Rule
(Hukum
Astimat lazim)
Suatu
kelainan refraksi astigmatisme dimana diperlukan koreksi silinder negatif
dengan sumbu horisontal (antara 30 - 150 derajat) atau jika dikoreksi dengan
silinder positif sumbu vertikal (antara 60 - 120 derajat)
Astigmatism
Withe the Rule terjadi akibat dari kelengkungan kornea pada meridian vertikal
lebih kuat dibanding dengan kelengkungan pada meridian horisontal. Hal ini umum
terjadi pada mata anak yang mulanya dengan kornea spheris biasanya menjadi
lebih melengkung yang akan mengakibatkan astigmatism with the rule.
- Hukum Donder
Kedudukan
mata terhadap titik fiksasi penglihatan ditentukan oleh arah mata. Bolamata
berputar pada sumbu penglihatan tanpa disadari atau disengaja. Jika perhatian
tertarik pada benda yang bergerak maka derajat perputaran bolamata ditentukan
oleh jarak benda terhadap bidang medial dan dengan bidang horisontal.
- Hukum Javal
(Javal
Rule)
Hukum ini dipakai untuk melakukan koreksi kelainan astigmat
dengan hasil keratometri, yaitu :
Berikan
kacamata koreksi pada astigmat lazim (with the rule) atau dengan silinder minus
180 derajat), dengan astigmat hasil keratometri yang ditemukan kemudian
ditambahkan dengan 1/4 nilainay dan dikurangi dengan 0,5 Dioptri.
Berikan kacamata koreksi pada astigmat tidak
lazim (against the rule) dengan silinder minus 90 derajat, dengan silinder atau
astigmat hasil keratometri yang ditemukan kemudian ditambahkan dengan 1/4
nilainya dan tambah dengan 0,5 Dioptri.
- Hukum Knapp
Pada
kelainan refraksi yang murni disebabkan oleh kelainan sumbu (aksial ametropia)
jika dikoreksi dengan lensa yang diletakkan pada titik dataran fokus anterior
mata maka tidak akan terjadi aniseikonia. Jika lensa diletakkan pada fokal
point (16 - 17 mm dari kornea) didepan mata maka besar bayangan retina yang
dihasilkan sama besar dengan bayangan mata emmetropia dan panjang sumbunya
normal dengan perbandingan dioptri sebanding.
- Hukum Kollner
Cacat penglihatan warna merah hijau merupakan
lesi saraf optik ataupun jalur penglihatan, sedang caat penglihatan biru kuning
diakibatkan oleh kelainan pada epitel sensori retina atau lapis kerucut dan
batang retina.
Terdapat pengecualian pada Hukum Kollner.
Lesi
retina sebelah luar akan mengakibatkan buta warna biru kuning, sedang lesi
retina dalam dan saraf optik akan memberikan cacat merah hijau.
- Hukum Prentice
(Untuk
aberasi spheris akibat desentrasi lensa)
Efek
prisma yang terjadi pada pemakaian lensa dimana mata tidak melihat melaui pusat
lensa (desentrasi), sama dengan jarak (d) dari pusat optik dimana desentrasi
terjadi dikalikan dengan kekuatan lensa (p), atau prisma yang trinduksi = d
(cm) X p (kekuatan lensa)
- Hukum Snell
(untuk
lensa)
Daya
pembiasan sinar bergantung pada indeks bias lensa. Indeks refraksi merupakan
rasio besarnya kecepatan sinar berjalan ditempat vakum dibanding dengan
kecepatannya pada media yang spesifik, atau : = kecepatan sinar didalam vakum /
kecepatan didalam media tertentu.
- Hukum Stark-Einstein
(Hukum
Fotokimia kedua)
Absorbsi
cahaya hanya memerlukan satu foton untuk memberikan akibat dari fotokimia pada
satu molekul.
Patut
diingat bahwa tidak semua cahaya dan memberikan akibat fotokimia, karena masih
banyak variasi non kimia yang dapat menyebarkan energi yang akan dipakai.
- Hukum Talbot
Sinar intermeten dan sinar tetap dengan warna
yang sama terangnya akan memberikan tenaga penerangan yang sama persatuan unit.
- Hukum Transposisi Sumbu Lensa Silinder
Lensa
stero silinder dapat dianggap sebagai 2 lensa silinder, dimana salah satu
meridian dibuat spheris ditambahkan silinder bersilang (cross cylinder) dengan
kekuatan dioptri yang sama yang kemudian dikurangkan kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar