I. PENDAHULUAN
Jumlah
operasi katarak masih menghadapi banyak kendala, baik di seluruh dunia, di
negara Indonesia, di beberapa Propinsi dan khususnya di Jawa Timur, berupa
cataract backlog. Di Amerika misalnya, terdapat 1.300.000 operasi katarak
setiap tahun, sedangkan di Indonesia dapat dilakukan kurang lebih 500.000
operasi katarak di Rumah rumah sakit setiap tahun, sedangkan sisanya 1.500.000
penderita buta katarak masih menunggu datangnya pelayanan operasi katarak
(cataract backlog di Indonesia). Beberapa tahun terakhir, jumlah operasi
katarak terus mengalami peningkatan. Dokter mata sebagai operator katarak, di tuntut untuk memahami tahap tahap
operasi katarak dengan baik agar dicapai tingkat efisiensi dan efektifitas yang
tinggi . Diperkirakan nanti pada tahun 2010 barulah semua penderita katarak di
Indonesia mendapat pelayanan operasi yang memadai.
Selama
lebih dari 2 millenia, terdapat perubahan operasi katarak, terutama menyangkut
tehnik ekstraksi lensa sebagai tahap operasi katarak yang sangat penting, sebab
rencana operator untuk mengeluarkan lensa akan mempengaruhi tahap tahap operasi
lainnya, mulai dari menentukan indikasi operasi, persiapan operasi, tehnik
anestesi, insisi yang dilakukan dan seterusnya hingga penatalaksanaaan pasca
operasi. Misalnya, ekstraksi lensa intra kapsuler (=ICCE) memerlukan persiapan
operasi yang jauh berbeda dibandingkan dengan persiapan operasi dengan tehnik
ekstra kapsuler =ECCE), ekstraksi katarak insisi kecil (=SICS), maupun
fako-emulsifikasi
II. SEJARAH EKSTRAKSI LENSA
Pada tahun 800 sebelum
Masehi para dokter di India menggunakan cara Couching, suatu cara operasi katarak dengan sebuah jarum tumpul melalui daerah
sekitar 4 mm di belakang limbus (sekarang dikenal dengan pars plana), berusaha
untuk mendoronglensa ke belakang atau ke bawah, dibantu seorang asisten untuk
fiksasi kepala penderita. Pada saat itu, operasi dianggap berhasil bila
penderita dapat menerka bentuk atau seseorang di depannya, yang tidak lagi
dapat dilihat sebelum dilakukan operasi.
..
Celcus (25 SM – 50 Masehi) pertama kali menulis
tentang operasi lensa dan mencoba menggambar lensa mata. Lensa mata diperkirakan berada di tengah bola mata. Andreas
Vesalius (1543 M), seorang anatomist Belgia masih menggambar lensa berada di
tengah bola mata. Barulah seorang anatomist dari Italia, Fabricius ab
Aquapendente (1600 M) dapat menggambarkan posisi lensa mata dengan lebih tepat.
Istilah katarak diadopsi dari bahasa Arab kedalam
bahasa Latin, yang arti aslinya adalah air terjun atau arus yang terbendung
(Constantius Africanus, 1018 M).
Seorang bangsa Irak, Ammar (990 –
1020 M) mulai menggunakan cara aspirasi untuk katarak yang lunak. Sedangkan cara aspirasi yang sebenarnya baru
diperkenalkan oleh seorang bangsa Syria pada abad ke 12 – 13.
Sebagian besar cara
operasi katarak tersebut sudah tidak pernah dilakukan lagi pada saat ini.
Jacques Daviel (1696-1762) dari Perancis menulis tentang operasi
katarak ekstra-kapsuler (ECCE) pertama kali, cara ini dianggap
lebih baik dari Couching dengan menurunnya angka kejadian endoftalmitis, tetapi
masih terjadi komplikasi uveitis khronis, katarak sekunder maupun glaucoma
dengan blok pupil. Kemudian seorang dokter mata dari Jerman, Albrecht von
Graefe (1828 – 1870) menggunakan pisau, sehingga angka kejadian infeksi
dan prolaps uvea menjadi sangat menurun.
Samuel Sharp di London, 1753 M, memperkenalkan cara intra-kapsuler (=ICCE) dalam usahanya untuk mengurangi komplikasi pada ECCE. Tetapi
kesulitan yang timbul adalah cara untuk melepaskan lensa dari tempatnya. Hal
ini dapat diatasi oleh Henry Smith, seorang kolonel yang berdomisili di India,
memakai muscle-hook untuk melepaskan lensa di bagian inferior dan mendorong
lensa ke atas melalui insisi di superior. Cara ini dikenal dengan operasi
Smith-Indian dan dilakukan pada 50.000 penderita selama 25 tahun pada akhir
abad 19.. Frederick Verhoeff dan Jean Baptiste Kalt, menggunakan forsep untuk
memegang kapsul lensa dan menarik lensa dengan gerakan kiri-kanan. Stoewer dan
Ignacio Barraquer (1884-1965) memperkenalkan mangkuk penghisap yang dinamakan
erysiphake untuk tujuan yang sama.
ICCE yang dikenal sampai sekarang, pertama kali ditulis oleh Tadeusz
Krwawicz, seorang Polandia, pada tahun 1961, dengan penggunaan Krio. Sedangkan alpha-chemotripsin yang dipakai untuk memutus serat2
Zonula diperkenalkan oleh Joaquin Barraquer pada tahun 1957. Hingga tahun 1944,
85 % operasi ICCE mempunyai tajam penglihatan 20/30 atau lebih baik. Meskipun
demikian masih ada sekitar 5 % yang mengalami komplikasi buta oleh karena :
infeksi, perdarahan, ablasio retina maupun CME.
Ekstraksi katarak ekstra-kapsuler (ECCE modern) menawarkan
angka kejadian komplikasi yang lebih kecil dan memungkinkan insersi lensa intra
okuler (=IOL). Hal ini dimungkinkan oleh penemuan mikroskop operasi dan tehnik
aspirasi korteks yang lebih baik.
Pada akhirnya, Charles D. Kelman, pada tahun 1967 menemukan cara Fako-emulsifikasi untuk menghancurkan inti lensa sehingga hanya diperlukan luka
insisi yang sangat kecil pada operasi katarak.
Sejak saat itu, sampai sekarang,
telah terjadi kemajuan sangat pesat dalam operasi katarak, antara lain
penemuan Manual phaco-fragmentation (Kansas 1988), Phaco-sandwich (Fry, 1990),
Mini Nuc (Blumental 1992), Claw vectis (Akura, 2000),Cara Mc Intyre, Irrigating
vectis, Manual Multi-fragmentation dan Quarters extraction (Akura, 2000), yang
semuanya menggunakan Manual Small Incision Cataract Surgery (=Manual SICS).
III. JENIS EKSTRAKSI LENSA
- Lensa tetap di dalam bola mata : Couching : tidak pernah dilakukan lagi
- Lensa utuh diekstraksi : ICCE, insisi 12 mm atau 180 derajat
- Ekstraksi inti lensa : ECCE, insisi 8 mm atau 160 derajat
- Manual SICS, insisi 5-6 mm, ekstraksi inti lensa utuh atau difragmentasi lebih dulu.
- Fako-emulsifikasi, insisi 5-6 mm bila menggunakan IOL non-foldable atau 3,2-3,5 mm dengan foldable-IOL
- ( what next ? )
IV. INDIKASI, KEUNTUNGAN
DAN KERUGIAN :
ICCE:
Indikasi ICCE: Dislokasi lensa atau fasilitas operasi yang tidak
memungkinkan untuk operasi yang lain..
Keuntungan ICCE:
Tehnik telah dikenal lebih lama,
sehingga sangat dipahami oleh ahli bedah mata
Tidak mungkin terjadi
katarak sekunder
Instrumen
lebih murah dan sederhana, dapat dilakukan dalam kondisi yang minimal.
Merupakan
pilihan tehnik operasi untuk lensa dengan sub-luksasi
Kerugian ICCE:
Tidak
dapat dilakukan insersi IOL PC di bilik mata belakang
Tidak
dapat dilakukan untuk penderita berumur kurang dari 35 tahun,
(sebab
ligamen kapsulo-hyaloid masih intak dan alfa-khemotripsin
tidak
dapat mencapai jaringan ini).
Sering
terjadi komplikasi vitreous pada segmen anterior, inkarserasi iris, glaucoma
blok pupil, kerusakan endotel di superior
Angka
kejadian Irvine-Gass syndrome (=CME), 50 % terjadi sementara, 2 – 4% terjadi
CME yang menetap.
Ablasio
retina lebih tinggi dibanding ECCE
Penyembuhan
luka lebih lama
Rehabilitasi visus
dicapai lebih lambat, sering terjadi astigmatisme against the rule
ECCE
:
Indikasi
ECCE: Hard nuclei-cataract (grade 5, lihat lampiran) dan katarak pada bayi
Keuntungan ECCE:
Dapat
insersi IOL PC
Jarang
komplikasi vitreous di BMD (dibanding ICCE)
Angka
kejadian CME dan ablasio retina lebih jarang (dibanding ICCE)
Bila
terjadi ablasio retina, lebih mudah diatasi dan prognosis lebih baik
Dapat
dilakukan pada penderita umur < 40 tahun
Kerugian ECCE
Perlu
learning curve lebih lama (dibanding ICCE)
10
– 50 % terjadi katarak sekunder setelah 3 – 5 tahun
Tidak
dapat dilakukan pada penderita dengan uveitis khronis yang aktif
SICS :
Indikasi
SICS: Insisi 5-6 mm untuk katarak slightly hard- moderately hard (grade 2 dan
3, lihat lampiran)
Keuntungan SICS:
Lebih
murah dibanding fako-emulsifikasi
Astigmatisme
lebih kecil dibanding ECCE
Rehabilitasi
tajam penglihatan hampir sama dibanding fako-emulsifikasi
Komplikasi seperti
nucleus tenggelam ke vitreous dan keratopati bulosa lebih sedikit
Jika dilakukan seorang
yang ahli, operasi hanya membutuhkan waktu 6 – 8 menit dan hampir tidak
tergantung dari kekerasan nukleus
Kerugian SICS:
Insisi
lebih lebar dari pada fako-emulsifikasi.
Komplikasi
kornea lebih sering dari pada fako-emulsifikasi
FAKO-EMULSIFIKASI
Indikasi fako-emulsifikasi :
Insisi kecil pada katarak slightly hard – moderately hard (grade 2 dan 3)
Keuntungan
fako-emulsifikasi:
BMD selalu terbentuk
Insisi
kecil
Astigmatisme menurun
Penutupan luka mudah
Rehabilitasi
tajam penglihatan cepat
Kerugian
fako-emulsifikasi:
Instrumen mahal
Tidak semua senter mempunyai alat
fako-emulsifikasi.
Beaya pemeliharaan alat lebih tinggi.
Learning curve lebih lama
V. PEMILIHAN TEHNIK EKSTRAKSI
Tehnik
|
||||
ECCE
|
Fako-emulsifikasi
|
Lensektomi
|
ICCE
|
|
Bayi
Anak2
Dewasa Muda
Dewasa
Tua
Grade 5
Uveitis khronis
PHPV
Luksasi lensa
“Insisi kecil”
|
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
-
-
-
-
|
-
+++
+++ +++ +++ -
-
-
-
-
+++
|
+++
+++
-
-
-
-
-
+++
+++
+++ - |
-
-
-
-
-
-
-
+
-
+++
-
|
Disalin dari: Packard RBS, Kinnear FC: Manual of Cataract and
Intra-ocular Lens Surgery, Churchill Livingstone, Longman Group (FE) Ltd, 1st
ed, 1991, pp. 5
Tehnik operasi di masa mendatang,
memungkinkan insisi lebih kecil, waktu
operasi lebih cepat, menggunakan tehnologi mekanik yang lebih sederhana
daripada ultrasound, namun tidak merusak jaringan sekitar operasi, sebagai
berikut:
ECCE
|
Fako-emulsifikasi
|
Catarex |
|
Lebar insisi
Lama operasi
Learning curve
Trauma operasi
Keuntungan / Kerugian
|
6 – 10 mm
30 – 45 menit
Sedang
Besar
Penyembuhan tidak tepat / tidak sempurna
Jaringan parut luas, astigmatisme tinggi
Kapsul anterior (-) memungkinkan IOL migrasi
Akomodasi (-)
|
3 – 5 mm
20 – 30 menit
Lama
Sedang
Indikasi: katarak Grade 2,3 dan 4
Kerusakan jaringan sekitar operasi
Kapsul anterior (-) memungkinkan IOL
migrasi
Akomodasi (-)
|
1 – 2 mm
10 menit
Minimal
Ringan/tidak ada
Sembuh cepat dan indikasi semua grade
Astigmatisme (-), kerusakan jaringan (-)
Kapsul anterior tetap ada dan berfungsi,
IOL stabil
Injectable IOL, memungkinkan akomodasi
|
Disalin dari : Sorensen JT, Mirhashemi S,
Mittelstein M:
Easier, Less invasive Cataract Surgery, Optex Ophthalmologics Inc,
http://www.atlan.com/catarex/, January/25/02
VI. TEHNIK OPERASI
ICCE :
1.
Jahitan kendali muskulus rektus
superior, bertujuan untuk menstabilisir bola mata dan mempertahankan bola mata
tetap mengarah ke bawah, sehingga limbus tampak selebar mungkin.
2.
Insisi dibuat sejauh mungkin
dengan zonula yang ruptur (pada kasus subluksasi lensa) untuk menghindari prolaps vitreous. Jenis
insisi : stab dengan super blade, kemudian dilanjutkan dengan gunting
korneo-sklera kiri dan kanan.
3.
Iridektomi perifer, untuk
mencegah blok vitreous. Dilakukan dengan forsep Mc Pherson, gunting de Wecker
dan jahitan nilon 10-0 untuk menarik kornea.
4.
Zonulisis dilakukan bila tidak
terjadi subluksasi dan usia penderita < 60 tahun. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan pengeluaran lensa dan mencegah ruptur kapsul. Caranya dengan irigasi
Alfa-khemotripsin menggunakan kanula kedalam bilik mata belakang melalui lubang
iridektomi, kadang kadang dilakukan irigasi juga pada jam 6. Tetapi enzim ini
harus diirigasi dengan BSS selama 2 menit. Secara teoritis hal ini juga akan
membersihkan zonula yang telah lisis dan mencegah kenaikan tekanan
intra-okuler.
5.
Pengeluaran lensa dengan krio,
spons segitiga, kanula dan asetil-kholin khlorida. Caranya: rucingkan ujung
spons, kendurkan jahitan kendali dan speculum untuk menghilangkan tekanan
positip, Krio ditest untuk pembekuan dan perlekatan. Asisten menarik kornea,
bila insisi kurang lebar, dilakukan pelebaran dengan guntung korneo-sklera.
Keringkan permukaan lensa dengan spons. Bila kurang kering akan mempercepat
pelebaran bunga es. Iris disingkirkan dengan spons baru, ujung krio ditempelkan
pada daerah pre-ekuator jam 12. Pembekuan dilakukan dengan pedal, tunggu 2
detik, kemudian terjadi perlekatan, lensa ditarik keatas sedikit, lalu ke kiri
dan kanan. Bila bunga es telah sampai diluar bola mata, asisten mengendurkan
jahitan kornea untuk mencegah prolaps vitreous.
6.
Irigasi Asetil-kholin khlorida
dengan kanula.
7.
Luka di jahit.
ECCE :
1.
Pasang jahitan kendali.
2.
Flap konjungtiva dengan forsep
St Martin dan gunting konjungtiva.
3.
Dilakukan grooving dengan pisau
“super sharp”, fragmen razor blade, pisau “diamond” atau pisau Graefe.
4.
Kapsulotomi anterior (lihat
kuliah dr. Djiwatmo).
5.
Bilik mata depan ditembus
dengan pisau.
6.
Dilebarkan dengan gunting
Troutman atau Castroveijo.
7.
Ekspresi nukleus dengan dua tangan.
Sistotom di tangan kanan menekan sclera 2 mm. di belakang insisi untuk
melepaskan pole superior inti dari korteksnya, pupil akan terlihat melebar ke
superior. Pole inferior diekspresi dengan lens expressor atau kait otot dengan
tangan kiri, dengan goyangan halus tangan kanan dan kiri. Jika pole superior
sudah tampak dibibir luka, dapat ditolong dengan sistotom yang tajam untuk
mengeluarkan inti..
8.
Jika pole superior tetap berada
di bawah iris, insisi mungkin perlu dilebarkan atau iris perlu disingkirkan
dengan sistotom.
9.
Ekspresi nucleus dengan satu tangan.
Gunakan “irrigating vectis”. Kapsulotomi harus agak lebar, inti dilepaskan
denga sistotom atau hidro diseksi. Dengan “vectis” irigasi BSS pada tangan kanan,
dibantu jari telunjuk tangan kiri, menyusur belakng lensa dengan menekan iris,
irigasi dikaukan terus sehingga inti hanyut keluar. Hati hati, mudah terjadi
ruptur kapsul posterior.
10.
Ekspresi nucleus dengan tehnik inter kapsuler. Kapsulotomi bentuk D, kemudian hidro-diseksi, ekspresi nucleus
dengan dua tangan. Dapat juga dibantu VEM di bilik mata depan.
11.
Pembersihan korteks. Korteks lunak dan
penderita tua akan mudah sekali dibersihkan, cukup dengan irigasi. Korteks yang
keras dan penderita muda memerlukan irigasi dan aspirasi. Cara manual dengan
menggunakan McIntyre, Simcoe atau Pearce. Cara otomatik dengan Alcon,
SITE, OMS atau Storz.
12. Yang perlu diperhatikan
adalah : jahit kornea kadang belum perlu dilakukan, lubang aspirasi menghadap
ke kornea, lubang aspirasi dengan cara otomatik harus tertutup korteks, (tetapi
jika kapsul teraspirasi, aspirasi segera dihentikan), aspirasi korteks jam 12
sering kali sulit dilakukan, demikian juga aspirasi pada PSC (katarak
sub-kapsuler posterior) mungkin memerlukan poles atau vakum. Kapsul posterior
yang teraspirasi memberikan gambaran seperti bintang. Aspirasi ujung kapsul
akan menyebabkan pupil tertarik. Kapsul penderita tua lebih kaku. Tehnik
inter-kapsuler memerlukan irigasi yang lebih sedikit. Korteks bersih adalah hal
yang ideal, tetapi lebih baik menyisakan sedikit korteks yang akhirnya di
resorbsi daripada menghadapi resiko robekan kapsul posterior dan prolaps
vitreous.
13.
Pembersihan kapsul posterior
untuk menghindari kontraksi, distorsi atau Elschnig’s Pearls dengan menggunakan
iigasi aspirasi, Kratz scratcher, olive bulb polisher atau Terry squeegee.
Manual SICS
1.
Anestesi, jahitan kendali dan
insisi khusus, sehingga insisi 6 mm tanpa jahitan bias kedap air, antara lain
bentuk Chevron ( Pallin 1990), bentuk Frown atau bentuk Lurus, semua dengan struktur 3 bidang, termasuk membuat “sleral tunnel”
dengan pisau khusus.
2.
Visko-elastik
3.
Kapsuloreksis
4.
Hidro-diseksi (tidak memerlukan
hidro-delineasi)
5.
Visko-elastik
6.
Nukleus diprolaps (prolapsing,
flipping) ke bilik mata depan (lihat video) dengan kanula hidro-diseksi atau dengan Sinskey hook.
7.
Visko-elastik sebagai “bantal”
di depan dan belakang nucleus.
8.
Irrigating-vectis, nucleus
diekstraksi
9.
Pada tiap tiap tahap di atas,
bila tidak tercapai tujuan yang dimaksudkan, dapat dilakukan konversi ke ECCE
dengan beberapa jahitan luka operasi.Hal ini perlu diingat oleh operator,
karena jika operator terlalu menuruti ego-nya akan berakibat terjadi trauma
pada endotel yang berat, terjadi komplikasi vitreous prolaps, maupun komplikasi
lain yang amat berbahaya bagi penderita kelak.
10.
Irigasi dan aspirasi sisa masa
lensa
11.
Visko-elastik
12.
Lensa intra-okuler.
13.
dan seterusnya.
Fakoemulsifikasi
Bagi
pemula, perlu mengikuti kursus, melihat video, mengikuti wet-lab, mengenal
mesin fako dan fungsinya (memerlukan pembahasan tersendiri). Tehnik
ekstra-kapsuler (ECCE) adalah mutlak. Konversi dari fako ke ECCE perlu
dilakukan pada beberapa kasus pertama
1.
Insisi (lihat kuliah dr. Wimbo
Sasono).
2.
Kapsulotomi anterior (lihat
kuliah dr. Djiwatmo)
3.
Hidro-diseksi dan hidro-delineasi
4. Emulsifikasi nukleus : ada 3 tahap yaitu : sculpting (mengeruk), mobilisasi nucleus dengan second-instrument dan emulsifikasi sisa nucleus. Keberhasilan setiap tahap akan mempermudah tahap berikutnya. Sculpting relatif mudah, terutama jika ada adhesi antara nucleus dan korteks, sehingga nucleus tidak menjauhi tip sewaktu emulsifikasi. Jumlah yang di sculpting tergantung dari kerasnya nucleus. Nucleus yang lebih keras memerlukan sculpting sebanyak mungkin supaya second-instrument dapat memegang inti lensa. Perlu diketahui, kapsul anterior harus sudah tidak ada, karena dapat ter-aspirasi. Pedal fako-emulsifikasi (posisi 3) hanya diinjak seperlunya saja, untuk menghemat waktu fako (phaco-time). Dalamnya sculpting sangat bervariasi diantara kasus satu dengan yang lain. Bagi pemula, cukup melakukan tahap sculpting, kemudian pindah pada ECCE yang biasa, sampai beberapa kasus tercapai. Perlu juga untuk menghindari nucleus grade 1, sebab bila terdapat nucleus grade 1 yang melekat pada kapsulnya, mudah terjadi kerusakan kapsul atau zonula. Tahap berikutnya adalah mobilisasi nucleus (manipulation and loosening). Tujuannya untuk melepaskan nucleus dari perlekatannya di posterior dengan nucleus mikro-manipulator atau irigasi (hidrodiseksi). Pedal fako posisi 1, nucleus di putar untuk mengetahui apakah sudah lepas dari perlekatannya di posterior. Pedal posisi 2 dan terakhir 3, sehingga pinggir nucleus mulai di emulsifikasi. Demikian seterusnya sampai tahap emulsifikasi sisa nucleus.
5.
( Pada saat ini terdapat banyak
sekali tehnik fako-emulsifikasi mutakhir, misalnya tehnik Stop-Chop,
Chop-chop-chop, maupun Pre-chop, yang memerlukan alat yang sangat
bervariasi, perlu ketrampilan yang berbeda dan memerlukan waktu fako yang lebih
pendek, sehingga komplikasinya sangat minimal – beberapa tehnik akan
ditampilkan pada video )
VII. PENUTUP.
Telah dibahas tahap
ekstraksi lensa pada operasi katarak dengan bermacam macam tehnik. Semoga
bermanfaat. Kritik dan saran membangun sangat diharapkan.
Surabaya,
19 Februari 2001
DAFTAR PUSTAKA
Packard RBS,
Kinnear FC:
Manual of Cataract and Intra-ocular Lens Surgery, Churchill Livingstone,
Longman Group (FE) Ltd, 1st ed, 1991, pp. 5 - 62
Sorensen JT,
Mirhashemi S, Mittelstein M: Easier, Less invasive Cataract Surgery, Optex Ophthalmologics Inc,
http://www.atlan.com/catarex/, January/25/02
American Academy of Ophthalmology: Lens and Cataract, section 11, 1997-1998, pp. 3-5, 77-117
Gutie`rrez-Carmona FJ:
Manual Multi-phacofragmentation thtrough a 3.2 mm clear corneal incision, J
Cataract Refract Surg, vol 26, October, pp.1523-1528, 2000
Akura J, Kaneda S, Hatta S, Matsuura K: Manual sutureless cataract surgery using a Claw vectis, J Cataract
Refract Surg, vol 26, April, pp.491-496, 2000
Kimura H, Kuroda S, Mizoguchi N, Terauchi H,
Matsumura M, Nagata M: Extracapsular cataract
extraction with a sutureless incision for dense cataract, J Cataract Refract
Surg, vol 25, September, pp.1275-1279, 1999
Kansas PG:
Phacosection, Surgical Technique, unpublished
Fry LF: Small Incision
Planned Extra, unpublished
Willshaw HE: Practical
Ophthalmic Surgery, Longman Singapore Publ., 1st ed, 1992, pp. 68-70
LAMPIRAN
Grade I
: Soft nucleus : mudah ditembus tip U/S
atau instrumen lain ( spatula)
Inti lensa masih transparan
Warna abu2 muda
Pada umumnya kekeruhan pada korteks / subkapsuler
Sering ditemukan pada katarak pre-senilis
Grade
II : Slightly hard nucleus : bila
ditembus tip U/S ada tahanan sedikit
Warna abu2 muda atau kuning
keabuan
Sering ditemukan pada katarak pre-senilis
terutama katarak sub-kapsuler
posterior
Grade
III: Moderately hard nucleus : sangat tepat untuk ahli bedah pemula
Berwarna kuning jika katarak nuclear predominan pada bagian
perifer lensa, atau berwarna abu2 pada
katarak kortiko-kapsuler pada
penderita umur 60-65 tahun
Grade IV:Hard nucleus : perlu waktu lama dan manipulasi lebih banyak
untuk fragmentasi material lensa
sehingga tidak cocok untuk ahli bedah pemula
Tehnik yang cocok adalah
nukleo-fraksi
Berwarna kuning-coklat
Terdapat pada katarak senilis
lanjut dengan nucleus yang besar
Grade
V: Very hard nucleus : Tidak cocok
untuk tehnik fako-emulsifikasi
Nukleus berwarna coklat-hitam. Katark sudah sangat lama diderita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar