Sabtu, 04 Maret 2017

KARSINOMA SEL BASAL



KARSINOMA   SEL BASAL
Pendahuluan 
            Karsinoma sel basal (KSB)disebut juga basalioma adalah tumor ganas kulit  yang  paling sering ditemukan  terutama pada orang kulit putih. Di Australia jumlah kasus baru KSB  652/tahun/100  ribu  penduduk  sedangkan  di  Amerika  Serikat  480/tahun/100  ribu   penduduk.  Di    Indonesia  menurut  data  Badan  Registrasi  Kanker  Ikatan  Ahli  Patologi  Indonesia  tahun  1989,  dari    1530  kasus  kanker  kulit,  yang  terbanyak  adalah  kasus karsinoma sel basal yaitu  39.93%.1,2,3
Definisi 
            Karsinoma Sel Basal ( KSB ) adalah neoplasma ganas dari sel epitelial yang lebih mirip  sel  germinatif  folikel  rambut  dibandingkan  dengan  lapisan  sel  basal  epidermis. KSB  merupakan  tumor    fibroepitelial  yang  terdiri  atas  komponen  stroma  interdependen          (  jaringan  fibrosa  )  dan  epitelial.  Sel  tumornya berasal  dari  primordial  pluropotensial  di  lapisan  sel  basal,  dan  dapat  juga  dari  selubung  akar  luar  folikel  rambut  atau  kelenjar  sebasea atau adneksa kulit lain.2
            Nama lain dari Karsinoma Sel Basal ini adalah  Basalioma, Basal Sel Epitelioma, ulkus rodens, ulkus Jacob, tumor  komprecher, basal sel karsinoma.4
Epidemiologi 
            Pertama sekali yang melaporkan Karsinoma Sel Basal ini adalah Jacob pada tahun 1827  yang  meruapakn  suatu    sel  invasi  dan  metastase  yang  lambat,  serta  jarang  menimbulkan kematian.5  
            Karsinoma Sel Basal ini lebih sering dijumpai pada  orang kulit putih  daripada  orang  yang  kulit  berwarna,  dan  pengaruh  sinar  matahari  sangat  berperan  dalam  perkembangan  Karsinoma  Sel  Basal.  Pria  lebih  banyak  daripada  wanita  dan  umumnya di atas 40 tahun. 6,7 
Menurut  penelitian  Tjarta di Indonesia  peringkat  kanker kulit  adalah :
1.      Karsinoma Sel Basal  36,67%
2.      Karsinoma Sel Skuamosa  11,4% 
3.      Melanoma  Maligna   0,59%
4.      Tumor ganas adneksa kulit dan tumor ganas kulit lainnya  8,5%
Patogenesis3,4
            Komprecher  (  1903  )  mengatakan  bahwa  KSB  berasal  dari  Sel  Basal  Epidermis,  Adamson (1914) menyangsikan bahwa KSB berasal  dari Sel Basal dan mengajukan teori bahwa  KSB berasal  dari fokus embrionik laten yang timbul dari keadaan dorman pada usia lanjut. Lever  (1948)  mengemukakan  bahwa  KSB    bukan  karsinoma  dan  tidak  berasal  dari  Sel  Basal  tetapi  adalah  tumor  nevoid  dan  hamartoma  yang  berasal  dari    sel    germinativum  epitel  primer  (orimary  epithelial  germ  cell)  yaitu  sel  sel  yang  belum  matang.  Teori lain dari Pinkus menyatakan bahwa KSB berasal dari sel  pluri potensial  yang  terbentuk  secara    kontinu  sepanjang  hidup,  menjadi  aktif    pada  usia  tua  dan  mempunyai potensi untuk membentuk rambut, kelenjar sebelum dan kelenjar apokrin. Patogenis    Karsinoma  sel  Basal  didahului dengan  kolagen  yang  sering  dijumpai  pada kulit yang sedikit pigmennya dan mendapat sinar matahari  yang berlebih sehingga  nutrisi  epidermis  terganggu  yang  mana  hal  ini  merupakan  predileksi  terjadinya  suatu  kelainan kulit.7
            Melanin berfungsi sebagai energi amorf yang dapat menyerap energi dan menghilangkannya  dalam  bentuk  panas.  Jika  energi  masuk  terlalu  besar  dapat  merusak  dan mematikan sel atau mengalami mutasi untuk selanjutnya menjadi sel kanker. Faktor predisposisi dari Karsinoma Sel Basal : 4,6,7
1. Faktor internal :  umur, ras, jenis kelamin, dan genetik 
2. Faktor external : 
1.      Sinar  UV ( UVB  290 – 320 um )
2.      Trauma pada kulit seperti bekas vaksinasi , luka bakar 
3.      Zat – zat kimia hidrokarbon polisiklik 
4.      Radiasi  Ionisasi 
5.      Arsen organik 

Manifestasi klinis
Predileksinya  terutama  pada  wajah  (  pipi,  dahi,  hidung,  lipat,  nasolabial,  daerah 
periorbital),  leher.  Meskipun  jarang  dapat  pula  dijumpai  pada  lengan,  tangan,  badan, 
tungkai, kaki, dan kulit kelapa. Gambaran klinik KSB bervarisasi, Lever membagi KSB menjadi 5 bentuk :
1.      Nodulo-ulseratif, termasuk ulkus rodens
2.      Berpigmen 
3.      Morfea atau fibrosing atau sklerosing 
4.      Superficial 
5.      Fibroepitelioma 
Di samping itu terdapat pula 3 sindroma klinis, di mana epitelioma sel basal berperan penting , yaitu :
1.      Sindroma epitelioma sel basal nevoid
2.      Nevus sel basal unilateral linier 
3.      Sindroma  Bazex  (merupakan  atrofoderma  folikuler  dengan  epitelioma  sel  basal 
4.      multipel)

Tipe Nodulo – Ulseratif 
            Merupakan jenis yang paling sering dijumpai. Lesi biasanya  tampak sebagai lesi tunggal.  Paling  sering  mengenai    wajah,  terutama pipi,  lipat  nasolabial,  dahi,  dan  tepi  kelopak mata. Pada awalnya tampak  papul  atau nodul kecil, transparan seperti mutiara, berdiamater  kurang dari 2 cm, dengan tepi meninggi. Permukaannya tampak mengkilat, sering dijumapi adanya teleangiektasia, dan kadang – kadang dengan skuama  yang halus atau krusta tipis. Berwarna seperi mutiara, kadang – kadang seperti kulit normal sampai eritem  yang  pucat.  Lesi  membesar  secara  perlahan  dan  suatu  saat  bagian  tengah  lesi  menjadi  cekung,  meninggalkan  tepi  yang  meninggi  keras.  Jika  terabaikan,  lesi  –lesi  ini  akan mengalami ulserasi ( disebut ulkus rodens ), dengan destruksi jaringan di sekiranya.

Tipe  Berpigmen 
            Gambaran  klinisnya  sama  dengan  yang  tipe  nodulo  –ulseratif.  Bedanya,  pada  jenis  ini  berwarna  coklat  atau  hitam  berbintik  bintik  atau  homogen  yang  secara  klinis  dapat menyerupai melanoma.

Tipe  Morfea/Fibrosing/Sklerosing 
            Biasanya  terjadi    pada  kepala  dan  leher, lesi  tampak  sebagai  plak  sklerotik  yang  cekung, berwarna putih kekuningan dengan batas tidak jelas. Pertumbuhan perifer  diikuti oleh perluasan sklerosis di tengahnya.

Tipe Superfisial 
            Lesi    biasanya  multipel,  mengenai  badan.  Secara  klinis  tampak  sebagai  plak  transparan, eritematosa sampai berpigmen terang, berbentuk oval sampai ireguler dengan tepi  berbatas  tegas  sedikit  meninggi,  seperti  benang  atau  kawat. Biasanya  dihubungkan dengan ingesti arsenik kronis.

Tipe Fibroepitelial 
            Paling sering terjadi pada punggung bawah. Secara klinis, lesi berupa papul kecil yang  tidak  bertangaki  atau  bertangkai  pendek,  dengan  permukaan  halus    dengan  warna  yang bervariasi.

SINDROM  EPITELIOMA SEL BASAL NEVOID 
            Dikenal  pula  sebagai  sindroma  Gorlin-goltz.  Merupakan  kelainan  autosomal 
dominan dengan penetrasi yang bervariasi, ditandai oleh 5 gejala mayor yaitu :
1.      KSB multipel yang terjadi pada usia muda 
2.      Cekungan – cekungan pada telapak tangan dan telapak kaki 
3.      Kelainan pada tulang, terutama tulang rusuk 
4.      Kista pada tulang rahang 
5.      Kalsifikasi ektopik dari falks serebri dan struktur lainnya 
            Di  samping  gejala  mayor  ini  dijumpai  banyak  kelainan  sistem  organ  mutipel  yang  berhubungan dengan sindroma ini.

NEVUS SEL BASAL  UNILATERAL  LINIER
            Merupakan  jenis  yang  sangat  jarang  dijumpai.  Lesi  berupa  nodul  dan  komedo,  dengan  daerah  atropi  bentuk  striae,  distribusi  zosteriformis  atau  linier,  unilateral.  Lesi  biasa dijumpai sejak lahir dan lesi ini tidak meluas dengan meningkatnya usia.

SINDROM  BAZEX
            Sindroma  ini    digambarkan  pertama  kalinya  oleh  Bazex,  diturunkan  secara  dominan, dengan ciri khas sebagai berikut :
1.Atrofoderma  folikuler,  yang  ditandai  oleh folikuler  yang  terbuka  lebar,  seperti  ice pick marks, terutama pada ekstremitas.
2.  Epitelioma  sel  basal  kecil,  multipel  pada  wajah,  biasanya  timbul  pertama  kali  saat  remaja  atau  awal  dewasa.  Namun  kadang  –kadang  dapat  juga  timbul    pada  akhir  masa anak – anak. Di   samping   itu   dapat   pula   dijumpai   anhidrosis   lokal   atau   hipohidrosis   generalisata, hipotrikosis kongenital pada kulit kepala dan daerah lainnya.

HISTOPATOLOGI
            Lever  membagi  KSB  dalam  beberapa  tipe  histopatologi  yang  terdiri  atas  KSB  yang berdiferensiasi dan KSB tidak berdiferensiasi.
1. KSB berdiferensiasi 
a.   Jenis keratotik
            Disebut juga tipe pilar oleh karena berdiferensiasi ke arah rambut. Menunjukkan sel-
sel   parakeratotik   dengan   gambaran   inti   yang   memanjang   dan   sitoplasma   agak   eosinofilik  dan  dijumpai  horncyst,  selain  sel-sel  undiferentiated  dengan  sitoplasma  basofilik.
b. Jenis kistik
            Dijumpai  adanya  bagian-bagian  kistik  dibagian  tengah  massa  tumor  yang  terjadi 
akibat degenerasi sel-sel tumor atau defferensiasi sel-sel ke arah kelenjar.
c. Jenis adenoid 
            Adanya gambaran struktur mirip kelenjar yang dibatasi jaringan ikat. Kadang-kadang ditemukan  lumen  yang  dikelilingi  sel-sel  bersekresi.  Dalam  lumen  dapat  ditemukan  semacam bahan koloid atau massa amorf.

2. KSB tidak berdifferensiasi/ KSB solid
            Merupakan  gambaran  histopatologik  yang  banyak  ditemukan.  Berupa  pulau-pulau  sel  dengan  bentuk  dan  ukkuran  bermacam-macam,  terdiri  dari  sel-sel  basaloid,  dengan  inti  basofilik  yang  bulat  atau  lonjong,  sitoplasma sedikit,  sel-sel  pada  tepi  massa  tumor  tersusun palisade.

Diagnosa  Banding6,7
Secara klinis sel basal didiagnosis banding dengan:
1.      Karsinoma sel skuamosa
2.      Melanocytyc naevi
3.      Karsinoma sel Merkel
4.      Melanoma maligna 
5.      Trichoepitelioma               

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan histopatologi.2

Penatalaksanaan 2
            Penatalaksanaan  KSB  bertujuan  untuk  mendapatkan  kesembuhan  dengan  hasil  kosmetik  yang  baik  serta    hasil  fungsional  yang  maksimal.  Dalam  menentukan  cara  penatalaksanaan  KSB,  banyak  hal  yang  harus  diperhatikan,  baik  dari  faktor  tumornya  maupun  pasiennya.  Faktor  tumor    yang  perlu  diperhatikan  adalah  tipe    tumor,  ukuran  lokasi,  sifat  pertumbuhan  dan  apakah  tumor  primer  atau  rekurens.  Sedangkan  faktor pasien  yang  perlu  dipertimbangkan  adalah  usia,  riwayat  penyakit  lain,  faktor  psikologis  dan riwayat pengobatan.  Secara  garis  besar    penatalaksanaan KSB  digolongkan  dalam  2  kelompok,  yaitu  dengan  pembedahan  dan  tanpa  pembedahan.  Pembedahan  dapat  dilakukan  dengan  cara  eksisi    dengan  skapel,  bedah  mikrografik  Mohs,  kuretase  dan  elektrodesikasi, bedah beku, serta bedah  laser. Penatalaksanaan tanpa pembedahan    dilakukan  dengan  cara  radioterapi, interferon intralesi, kemoterapi, pemberian retinoid dan foto dinamik.

Prognosis 
            Pengobatan  pada  KSB  primer  memberikan  angka  kesembuhan  sekitar  95%  sedangkan  pada KSB rekuren sekitar 92%.   Pengobatan  pada  KSB  rekuren  lebih  sulit  daripada  KSB  Primer,  dan  angka  kekambuhan    setelah  dilakukan  prosedur  yang  kedua   
adalah tinggi.

Kesimpulan 
            Karsinoma  sel  basal  adalah    tumor  kulit  ganas  yang  jarang  bermetastase,  sering  dijumpai pada orang kulit putih, laki –laki lebih banyak dari wanita. Faktor predisposisi dan  matahari  sangat  berperan dalam  perkembangan  KSB.  Diagnosa  ditegakkan    dari  gejala  klinis  dan  pemeriksaan  histopatologi.  Penatalaksanaan  KSB  dapat  dilakukan  dengan pembedahan atau tanpa pembedahan.  

DAFTAR   PUSTAKA 
1.      1.Tambunan    G.W.    Karsinoma  Kulit  dalam  Sepuluh  Jenis  Kanker  Terbanyak  di  Indonesia. EGC, 1995 :52 – 66
2.      2.Handayani  I,  Kuswadji.  Penatalaksanaan  Karsinoma  Sel  Basal.  Dalam:  MDVI  Vol I, No 26, 1999
3.      3.Hamzah  M,  Kanker  Kulit    :  Aspek  Deteksi  Dini,  Diagnosis  Penentuan  Tingkat  Penyakit    dan  Pencegahannya.  Dalam  Kumpulan  Makalah  Lengkap    PIT  V,  PERDOSKI, Semarang, 2000.
4.      4.Rata  I.G.K.  Tumor  Kulit.  Dalam:  Ilmu  Penyakit  Kulit  dan  Kelamin.  Editor    Djuanda A. Dkk ed 3 FK-UI, 1999: 207 – 22
5.      5.Ranhdle W H, Basal cell Carcinoma. In: Dermatology  Surg. Vol  22, 1999: 255 – 261 
6.      Fitzpatrick  TB.  Dermatology  in  General  Medicine  5th  ed.  Vol  I,  Mc-Graw  Hill,  1992: 1488 – 94.
7.      Habif  TP,  MD.  Basal  Cell  Carcinoma.  Dalam:  Premalignat  and  Malignan  Non  Melanoma  skin  Tumor  Clinical  Dermatology,  A  color  guide  to  diagnosis  and  Theraphy, 3th  Ed, St. Louis Baltimore, Mosby, 1996: 649 – 59.
8.      Tjarta A. Spektrum Kanker Kulit di Indonesia MDVI, Vol 3.No 22, 1995: 100 – 6
9.      Buditjahjono  S.  Tumor-Tumor  Kulit.    Dalam:  Harahap  M.  Ilmu  Penyakit  Kulit,  Hipokrates, 2000: 206 – 35.
10.  Lever  WF.  Histopathology  of  the  Skin  6  edition,  JB  Lippincot  Company,  1983:  562-74

Tidak ada komentar:

Posting Komentar