Rabu, 26 April 2023

Lens-induced glaucoma

    Lens-induced glaucoma adalah glaukoma sekunder yang disebabkan oleh faktor lensa yang dapat mengakibatkan glaukoma sekunder baik sudut tertutup maupun terbuka. Tipe sudut terbuka dapat dibagi menjadi fakolitik glaukoma, lens- particle, dan antigenic glaucoma (glaukoma fakoantigenik). Tipe sudut tertutup dibagi menjadi fakomorfik dan ektopia lentis.

1. Lens-induced glaucoma, Sudut Terbuka

1.1 Glaukoma fakolitik
A. Patogenesis
    Glaukoma fakolitik terjadi akibat penyumbatan anyaman trabekular oleh sel protein lensa dengan berat molekul yang besar, yang keluar ke bilik mata depan akibat dari kebocoran kapsul lensa yang matur ataupun hipermatur. Kondisi ini diiringi dengan peradangan pada bilik mata depan. Umumnya dikeluhkan pada pasien usia tua yang diduga sudah memiliki katarak sejak berbulan-bulan atau tahunan disertai riwayat keluhan penglihatan buram sejak lama. 

B. Penegakkan diagnosis
    Keluhan umumnya berupa nyeri mata di satu sisi, merah, dan penurunan tajam penglihatan yang semakin buruk, yang terjadi secara mendadak. Tekanan intraokular sangat tinggi, disertai edema kornea dan injeksi konjungtiva dan siliaris, sudut bilik mata terbuka, dan sel di bilik mata depan.

C. Penatalaksanaan
    Tatalaksana definitif adalah pembedahan untuk mengekstraksi katarak. Sebelum tindakan bedah, Tekanan intraokular dan peradangan perlu di turunkan dengan obat-obatan glaukoma dan anti inflamasi kortikosteroid. Obat glaukoma yang dapat diberikan adalah asetazolamida oral maupun topikal. Jika tekanan intraokular masih sangat tinggi maka agen hiperosmotik seperti gliserin dan infus i.v Mannitol kadang perlu diberikan sebagai upaya cepat penurunan tekanan intraokular pada perioperatif, dalam situasi dimana tanda vital dapat dimonitor dengan baik.

1. 2. Lens-particle
A. Patogenesis
    Glaukoma terjadi akibat partikel lensa secara fisik menyebabkan sumbatan pada sudut bilik mata depan dan anyaman trabecular. Terlepasnya dan retensi partikel lensa di bilik mata depan terjadi akibat ruptur atau disrupsi kapsul lensa setelah operasi katarak, tindakan kapsulotomi ataupun trauma okular. Dapat terjadi setelah beberapa minggu sampai dengan tahunan setelah tindakan bedah atau trauma.

B. Penegakan diagnosis
    Pasien umumnya mengeluhkan rasa nyeri, mata merah serta penurunan tajam penglihatan. Pada pemeriksaan terdapat tekanan intraokular yang tinggi, edema kornea dan penurunan visus. Partikel lensa berupa bongkahan dengan ukuran bervariasi ditemukan di bilik mata depan disertai sel dan flare serta sudut terbuka. Jika kondisi sudah cukup lama maka dapat ditemukan sinekia anterior atau posterior. 

C. Penatalaksanaan
    Pengobatan glaukoma sekunder akibat lens particle serupa dengan fakolitik glaukoma. Pemberian obat-obat glaukoma dan anti inflamasi merupakan pengobatan awal yang dilanjutkan dengan evakuasi partikel lensa tersebut dengan pembedahan.  Apabila partikel lensa sudah berada di vitreus maka perlu dilakukan tindakan vitrektomi.

1.3. Glaukoma fakoantigenik
A. Patofisiologi
    Istilah lain yang dikenal adalah glaukoma fakoanafilaktik, yang disebabkan oleh reaksi imunitas tubuh yang menjadi tersensitisasi terhadap antigen protein lensanya sendiri sehingga terjadi peradangan granulomatosa. Paparan terhadap protein lensa akibat tindakan bedah sebelumnya atau trauma tembus okular. 

B. Penegakan diagnosis
    Ditemukan peradangan pada bilik mata depan dengan sel granulomatosa serta keratik presipitat yang disertai peningkatan tekanan intraokular

C. Penatalaksanaan
    Penatalaksanaan utama adalah mengurangi reaksi inflamasi di bilik mata depan dan menurunkan tekanan intraokular dengan obat-obat topikal kortikosteroid dan glaukoma. Jika pengobatan tidak berhasil maka pembedahan dibutuhkan untuk membersihkan residu lensa serta irigasi bilik mata depan.

2 Lens-induced Glaucoma, Sudut Tertutup

1. Fakomorfik
A. Patofisiologi
    Glaukoma terjadi akibat lensa yang mengalami pembengakakan. Adanya pembengkakan lensa tersebut menjadi komponen signifikan yang menyebabkan sempitnya sudut bilik mata depan. Pembengkakan lensa ini terjadi akibat perkembangan alami ke arah katarak (katarak intumesens), atau katarak traumatika. Keadaan ini menyebabkan blokade aliran cairan aquous di daerah diafragma iris -lensa dan sudut bilik mata depan tertutup.
    Penyempitan sudut bilik mata depan dapat terjadi perlahan sesuai perkembangan katarak, dan juga terjadi akut apabila lensa menjadi intumesen dan terjadi blok pupil pada mata tanpa predisposisi anatomi tertentu yang memungkinkan terjadi glaukoma sudut tertutup. 


B. Penegakkan diagnosis
    Keluhan yang timbul adalah mata merah, nyeri dan penurunan tajam penglihatan. Terdapat injeksi konjungtiva, episklera dan edema kornea. Tekanan intraokular meningkat dan bilik mata dangkal, disertai lensa yang membonjol dan intumesen yang ditemukan hanya pada mata yang sakit (unilateral). Umumnya terjadi diatas usia 64 tahun, dan rasio wanita sedikit lebih tinggi dibandingkan pada pria.
    Salah satu diagnosis banding dari glaukoma fakomorfik adalah glaukoma primer sudut tertutup. Untuk membedakan dengan kondisi primer, pada pemeriksaan ditemukan asimetri pada kedalaman bilik mata depan kedua mata pasien. Pada pasien glaukoma fakomorfik, mata yang tidak sakit memiliki bilik mata depan yang dalam dan sudut yang terbuka pada pemeriksaan gonioskopi.


C. Penatalaksanaan
    Tujuan terapi pada glaukoma fakormorfik adalah menurunkan tekanan intraokular dengan cara membuka kembali sudut bilik mata depan yang tertutup. Terapi awal dapat dilakukan dengan memberikan obat-obat glaukoma oral maupun tetes. Apabila ditemukan peradangan yang cukup bermakna maka diberikan pula anti-inflamasi steroid ataupun nonsteroid secara topikal. Setelah tekanan cukup terkontrol dan edema kornea berkurang, maka dapat dilakukan ekstraksi katarak sebagai terapi bedah definitif. Apabila belum memungkinkan dilakukan ekstraksi katarak, maka dapat dilakuan iridotomi laser sebelumnya. Trabekulektomi dapat dilakukan dengan pertimbangan bila tekanan intraokuler tidak terkontrol.

2 Ektopia Lentis
A. Patofisiologi
    Lensa yang bergeser ke posisi yang tidak sesuai lokasi anatomisnya, dapat menyebabkan glaukoma sekunder sudut tertutup. Bila pergeseran terjadi ke arah anterior, maka terjadi blokade pupil dan iris bombe sehingga bilik mata depan dangkal dan sudut bilik mata depan tertutup.

B. Penegakan diagnosis
    Terdapat peningkatan tekanan intraokular yang disertai posisi lensa yang subluksasi atau total luksasi (dislokasi) baik ke anterior, posterior, atau ke salah satu kuadran/ sisi. Jika terjadi luksasi ke anterior dan terjadi sentuhan lentikulokornea maka edema kornea dapat ditemukan. 


C. Penatalaksanaan
    Tujuan penatalaksanaan adalah mencegah terjadinya peningkatan tekanan intraokular dan kontak lensa ke endotel kornea. Pada kondisi awal, posisi supinasi baik untuk memposisikan lensa subluksasi ke arah posterior. Pemberian tetes miotikum akan menjaga agar lensa tetap berada di posisi belakang pupil. Apabila lensa sudah dislokasi ke anterior, maka miotikum menjadi kontraindikatif karena menyebabkan lemahnya kontraksi zonula Zinn, sehingga dislokasi menjadi semakin mudah terjadi. Indikasi tindakan bedah ekstraksi lensa terutamaapabila sudah terjadi dislokasi anterior komplit ke bilik mata depan, atau sudah terbentuk katarak dan masalah rekuren lain.


DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Ophthalmology. Glaucoma. Basic and clinical science course (BCSC). San Francisco: American Academy of Ophthalmology, 2016-2017
2. Oxford American Handbook of Ophthalmology. Tsai JC, Denniston AKL, Murray PI, Huang JJ, Aldad TS (eds). Oxford University Press, 2011.
3. Becker- Shaffer’s Diagnosis and therapy of the glaucomas, 8th edition. Stamper RL, Lieberman MF, Drake MV (eds). Mosby Elsevier, 2009.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar